Kamu adalah teman yang bahkan inisial namanya pun tidak berani saya sebutkan di sini. Entahlah, mungkin karena saya akan menulis tulisan yang bukan untuk menyanjungmu, tetapi menulis tulisan tentang hal yang membuat saya merasa begitu amat bersalah kepadamu.
Kamu tahu? Kamu adalah gadis yang cantik. Cantik, makanya saya dengan sangat gamblang selalu memanggilmu cantik dan kamu malah marah dan mengatakan saya berbohong. Kamu bilang di dunia ini yang sering memanggilmu cantik hanya ada tiga orang, yaitu, ibumu, pacarmu, dan saya. Saya tidak percaya karena banyak orang di luar sana yang sering terpesona dengan cantikmu itu. Saya tahu itu dan kamu pasti juga tahu itu.
Kamu tahu? Kamu adalah teman yang paling berpengaruh dalam hidup saya tiga tahun belakangan ini. Mungkin kamu beranggapan bahwa saya orang yang sangat tidak peduli sekitar dan jarang mendengarkan apa yang orang lain katakan, tetapi tidak kalau yang berbicara itu adalah teman macam kamu.
Kamu dulu pernah berkata bahwa pada awal masuk kuliah kamu tidak suka dengan cara saya berteman dan pernah sangat begitu bosan berteman dengan saya, makanya selama setahun kamu tidak pernah mau menyapa dan bahkan sebisa mungkin kamu tidak berurusan dengan saya. Kamu tahu? Kamu adalah teman yang menyenangkan, saya benar-benar tidak mau kehilangan teman macam kamu, tetapi saya benar-benar tidak dapat melakukan apa-apa.
Saya sangat kesepian. Kesepian sekali, tetapi saya berpikir kamu mungkin tidak akan mau tahu tentang rasa sepi saya yang benar-benar sendirian dan lepas dari keluarga, saya berdiri sendiri di Jogja. Saya senang dapat menemukanmu di kota asing ini, saya senang berteman denganmu, tetapi kamu (sepertinya) tidak senang berteman dengan saya. Jadi saya membiarkanmu melakukan apa yang ingin kamu lakukan karena saya tahu setiap orang punya cara masing-masing untuk membuat dirinya nyaman.
Seandainya saya (boleh) memberitahumu dari awal, saya adalah tipe orang yang sulit terbuka dengan orang lain, orang yang sulit berbicara dengan leluasa, orang yang tidak mudah diajak gila bersama. Saya orang yang kaku, mungkin itu yang membuatmu tidak bisa tahan berada lama di samping saya. Saya tidak memiliki ekspresi yang macam-macam yang bisa membuat teman seperti kamu merasa senang berada di samping saya. Saya orang yang datar yang merespon dengan hanya satu dua kata saja.
Namun, apa kamu tahu? Saya (berusaha) belajar ketika tahu kamu tidak suka dengan cara saya berteman, saya berusaha memperbaiki cara saya bicara, cara saya memperlakukan orang lain, cara saya merespon orang lain. Saya mencari teman sebanyak-banyaknya agar dapat mendengar banyak cerita dari mereka, sehingga ketika kamu berkata kamu tidak bosan lagi berteman dengan saya, saya bisa menceritakan cerita teman-teman saya itu kepadamu.
Seandainya saya (boleh) memberitahumu dari awal, saya adalah tipe orang yang tingkat ketakutannya sangat tinggi, ketakutan dengan hal yang tidak biasa saya lakukan, ketakutan dengan orang-orang baru, ketakutan dengan lingkungan baru, ketakutan dengan segala sesuatu yang baru, yang paling utama di sini adalah saya takut mengendarai kendaraan bermotor. Saya takut, tetapi saya tidak mau mengatakannya karena saya merasa orang lain tidak berhak untuk tahu rasa takut saya yang tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain.
Namun, apa kamu tahu? Saya (nekat) memohon kepada orangtua saya untuk memperbolehkan saya mengendarai motor di Jogja karena teringat pesanmu yang mengatakan bahwa jika saya tidak berkendaraan akan sulit bagi saya untuk ikut kegiatan ini dan itu, kamu bilang saya harus bisa mengendarai kendaraan bermotor, setidaknya untuk kepentingan saya. Saya tidak bilang kepadamu saya takut naik kendaraan bermotor, tetapi saya ingin membuktikan padamu bahwa saya tidak ingin merepotkanmu untuk minta dibonceng ketika pergi ke sana-sini.
Seandainya saya (boleh) memberitahumu dari awal, saya bukan tipe orang yang terbiasa memeluk teman atau mengecup pipi teman lain dengan begitu mudahnya. Saya juga bukan tipe orang yang mudah terbujuk ajakan untuk mengambil mata kuliah yang sama dengan teman lain karena merasa bahwa hidup yang saya jalani adalah hidup saya sendiri dan kuliah yang saya jalani adalah tanggung jawab saya sendiri.
Namun, apa kamu tahu? Saya senang memberi salam kepadamu dengan cara memelukmu, saya senang menggodamu dengan mengecup pipimu karena saya seperti melihat kakak saya yang kewalahan membersihkan pipinya segera setelah saya mengecup pipinya hingga basah, saya mengikuti ajakanmu dengan mengambil beberapa mata kuliah pilihan yang sama denganmu. Jika kamu tanya alasannya mengapa, saya akan menjawab tidak tahu. Hanya saja ucapan teman sepertimu tidak pernah terasa omong kosong bagi saya.
Kamu tahu? Saya banyak ikut kegiatan ini-itu, melakukan hal ini, melakukan hal itu. Teman yang ingin saya bagi cerita lebih sering salah satunya adalah kamu. Saya pernah memiliki keinginan agar kamu tidak hanya mendengar cerita tentang saya yang melakukan ini, tentang saya yang melakukan itu, tetapi kamu juga terlibat di dalamnya. Setidaknya melihat secara langsung apa yang temanmu yang seperti saya ini lakukan.
Belakangan ini hubungan pertemanan kita semakin baik. Kamu tahu? Rasanya ingin menangis berkali-kali karena merasa begitu bersyukur ketika pada suatu hari saya tiba-tiba terserang demam dan kamu ada menemani saya tidur di kos. Kamu tiba di kos saya sangat lama sampai akhirnya kamu memberikan obat sebagai penjelasan mengapa kamu tiba-tiba menghilang tadi di jalan saat menuju kos saya. Kamu membeli obat untuk saya, kamu peduli akan saya. Rasanya ingin menangis berkali-kali ketika pada hari saya sakit itu kamu seperti mama, memaksa saya makan dan setelah saya selesai makan kamu meraba kening dan leher saya kemudian mengucap syukur karena demam saya turun. Hari itu saya sangat senang kamu berada di samping saya. Senang sekali. Saya bersyukur sekali dan berterima kasih sekali kamu ada untuk mempedulikan saya.
Beberapa minggu lalu adalah debut saya bersama grup duo saya, saya tidak tahu apakah kamu mengingat nama duo yang saya bentuk dengan salah seorang teman kesayangan saya itu atau tidak, saya juga tidak tahu apakah kamu percaya akan kemampuan saya dalam menyanyi dan bermain ukulele atau tidak, saya juga tidak tahu apakah kamu berminat untuk tahu atau tidak hal-hal yang saya lakukan dalam hidup saya (yang menurut saya adalah hal penting). Karena sejauh saya (berusaha) berkarya ; menulis novel, menulis buku, saya tidak melihat ketertarikanmu pada semua yang saya lakukan, padahal saya sangat butuh senyummu yang mengatakan kamu bangga memiliki teman seperti saya. Bukan karena saya ingin mendapat pujianmu, tetapi saya ingin melihatmu melihat saya sebagai teman yang tidak pernah sekali pun menganggap omonganmu adalah omong kosong.
Saya kaget membaca pesan singkatmu yang meminta maaf karena tidak dapat menonton debut saya karena ada hal yang sangat jauh lebih penting untuk kamu lakukan. Tidak, saya tidak pernah menyalahkanmu, makanya saya mengatakan jika kamu berkata kamu lupa pun saya tidak akan apa-apa, tetapi kamu marah karena perkataan saya itu. Ya, saya akui itu salah. Saya tidak seharusnya berkata seperti itu. Maafkan saya.
Seandainya saya (boleh) memberitahumu dari awal, kamu tahu apa yang saya pikirkan pada malam saya debut? Saya melihat partner saya dengan teman-temannya, sedangkan saya dengan tiga orang junior baik di samping saya. Tanpa teman yang saya punya jika kamu mengatakan bahwa teman-teman partner saya adalah teman saya juga, tetapi tetap saja rasanya berbeda.
Iri? Ya, saya iri. Iri sekali. Iri saya besar, sehingga rasanya dada saya sesak saat itu ketika mengingatmu tidak ada di sana untuk tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah saya dan meneriakan nama saya dengan bersemangat. Jujur, saya hampir menitikan air mata setelah turun dari panggung karena menyadari kamu tidak ada untuk mengkritik penampilan saya, tetapi saya (berusaha keras) menerima karena tahu pasti kamu memiliki hal yang lebih penting yang harus dilakukan daripada melihat saya kepanikan karena memiliki vokal pas-pasan tapi nekat naik ke panggung.
Mungkin menurutmu itu adalah debut duo grup biasa yang tidak akan dosa jika tidak ditonton karena toh kami belum jadi apa-apa, tetapi seandainya saya (boleh) memberitahumu dari awal, debut itu adalah hal baru bagi saya, ingat kan? Saya takut akan hal baru yang tidak biasa saya lakukan, maka dari itu saya butuh teman macam kamu yang bisa menyemangati saya karena omonganmu tidak pernah menjadi omong kosong buat saya.
Saya minta maaf jika perkataan saya banyak menyakitimu selama kamu menjadi teman saya, hingga kamu (mungkin) berkata kembali bahwa kamu terkadang tidak cocok dengan cara saya berteman. Saya tidak menyalahkanmu, saya menyalahkan diri saya sendiri kenapa saya tidak bisa membuatmu cocok dengan cara saya dan kenapa saya tidak bisa membuatmu mengetahui dan mengerti bahwa inilah saya. Saya sering memutar otak agar kamu mau menerima saya menjadi teman baik yang kamu punya, tetapi saya lebih sering gagal karena pasti cara saya berteman denganmu sering tidak cocok dengan keinginanmu.
Tolong jangan menjauh lagi seperti yang kamu lakukan dulu selama setahun, bersikap tidak peduli dengan saya. Saya ingin berteman denganmu, menjadi teman baik yang kamu punya. Mungkin setelah kamu membaca tulisan ini kamu akan mengatakan bahwa tidak usah sampai segitunya mencari cara untuk menemukan kecocokan dalam pertemanan, tetapi saya ingin mempertahankan teman seperti kamu dalam hidup saya agar tidak seperti dulu. Saya tidak suka memiliki hubungan yang tidak baik denganmu. Saya minta maaf jika kamu merasa tidak cocok dengan cara saya. Seandainya saya bisa lebih dari ini, tetapi saya hanya bisa menjadi teman yang seperti ini. Ini porsi saya. Maafkan saya.
by Dita Oktamaya
2 comments:
dita, menyentuh sekali :')
@cinantyan : makasih cinan :)
Post a Comment