Kenapa?
Aku ingin meluruskan hal yang belum terselesaikan
Baiklah. Apa yang ingin kamu tahu?
Alasan kepergianmu yang terlalu tiba-tiba
Kamu tahu alasan utama aku meninggalkanmu?
Hmm... bosan?
Bukan. Aku lelah karena kamu terlalu mengandalkanku
Kita terdiam. Saya sibuk dengan pikiran saya dan kamu sibuk dengan pikiranmu. Saya tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. Kamu lelah karena terlalu seringnya saya mengandalkanmu. Ya, kamu pergi dengan alasan yang membuat saya begitu merasa amat bersalah. Saya tidak pernah berpikir bahwa saya terlalu mengandalkanmu. Saya hanya berpikir kamu tidak akan keberatan untuk selalu berada di samping saya. Saya tidak pernah bermaksud memanfaatkanmu atau bahkan membuatmu lelah karena menghabiskan waktu dengan saya. Kita masih terdiam. Hati saya sakit mendengar alasan mengapa kamu meninggalkan saya. Lelah. Kamu lelah dengan saya. Alasan yang bahkan tidak pernah saya duga. Airmata saya mengalir tanpa henti. Bukan, bukan karena saya terlalu lemah menyikapi perpisahan. Bukan karena saya yang terlalu rindu dengan kehadiranmu setelah sekian lama kamu menghilang. Namun, lebih karena alasan mengapa kamu pergi. Kamu lelah dengan saya. Seharusnya saya dapat memahaminya. Saya bingung harus bagaimana menyikapinya. Lelahmu. Lelahmu akan saya. Kamu lelah karena saya terlalu mengandalkanmu. Kamu lelah karena kemana pun saya pergi saya pasti akan kembali padamu. Kamu lelah dengan semua hal yang kita jalani. Kamu lelah dengan saya. Saya berpikir banyak dalam diam. Jika kamu lelah dengan saya, seharusnya saya juga bisa dengan mudah lelah karena kamu. Saya melakukan hal yang sama denganmu. Menghabiskan waktu bersama denganmu. Kemana pun kamu pergi, kamu akan kembali kepada saya. Jika dilihat seperti itu, seharusnya saya juga bisa lelah padamu. Saya seharusnya juga bisa mengatakan bahwa kamu terlalu mengandalkan saya untuk terus berada di sampingmu. Namun, saya berpikir kembali. Mungkin saya lelah denganmu. Mungkin saya merasa terlalu diandalkan olehmu, tetapi saya tidak peduli. Hal yang saya tahu adalah hal itu lah yang seharusnya saya lakukan untukmu. Sudah sejak awal saya katakan padamu. Saya tidak memiliki apa-apa untuk saya banggakan. Saya bukan orang yang baik. Bukan orang yang dapat sepenuhnya bisa menolongmu dengan ini-itu. Saya hanya saya. Saya tidak pernah memintamu untuk selalu berada di samping saya, tetapi kamu yang melakukannya lebih dulu. Saya hanya berpikir itulah yang ingin kamu lakukan. Itulah yang ingin kamu tunjukkan kepada saya. Kamu ada untuk saya dan saya ada untuk kamu. Saya berpikir seperti itu. Saya pikir kamu juga berpikir seperti itu. Hal yang sederhana dan seharusnya dapat sesederhana itu kamu pahami. Hal sederhana yang kemudian menjadi rumit karena setelah sekian banyak hal yang kita lewati bersama, kamu berkata lelah akan hal itu. lLelah akan segala hal mengenai saya. Lelah karena saya.
by Dita Oktamaya
No comments:
Post a Comment