Hari ini saya berkeliling Jogja, melakukan observasi dan reportase mencari berita tentang perkembangan industri di Indonesia. Rasanya ingin marah-marah saja karena bingung berita macam apa yang akan saya sajikan sebagai ujian akhir semester saya ini.
Awalnya saya pikir, berkeliling mencari berita akan menjadi hari yang sangat melelahkan, ternyata tidak terlalu. Hari ini saya banyak tertawa dan mendapat teman baru. Wajah saya juga di-sketch di kartu nama teman yang tergabung di dalam perkumpulan Indonesia's Sketcher Jogjakarta. Saya, khususnya, tidak pernah tahu atas keberadaan perkumpulan para sketcher itu di Jogja karena saya sama sekali tidak ahli dalam menggambar atau sketch atau lain sebagainya.
Saya benar-benar tidak pandai, tetapi kamu berbeda dengan saya. Kamu pandai, Inspirator Kesayangan. Kamu pandai sekali bermain dengan drawing pen atau apapun namanya itu. Menggambar di sketchbook milikmu atau di dinding kamarmu yang menjadikan saya betah berlama-lama memandanginya.
Kamu apa kabar belakangan ini? Saya jadi semakin susah menggapaimu di minggu Ujian Akhir Semester ini. Kamu tahu? Novel saya mentok, susah dilanjutkan karena inspiratornya (kamu) sibuk sekali dengan dunianya. Saya pikir kamu bosan bermain dengan saya, jadi untuk sementara saya (berusaha keras) hilang dari hadapanmu. Ternyata (sepertinya) kamu tidak bosan bermain dengan saya, kemarin kamu mengajak saya mengunjungi sebuah pameran seni bersama teman yang tidak kamu sebutkan siapa namanya dan darimana asalnya dan hal yang paling menyebalkan adalah saya tidak bisa pergi bersamamu karena tugas Ujian Akhir Semester yang membelit saya hingga hampir pingsan.
Tadi pagi saya melihatmu berjalan dengan teman-temanmu (teman-teman kita), saya memanggilmu dengan suara keras karena terlalu senang bertemu denganmu setelah beberapa hari kamu menghilang dari pandangan mata saya, tetapi kamu sepertinya masih setengah sadar karena Ujian Akhir Semester yang (mungkin) juga membuatmu hampir pingsan.
Kamu jangan terlalu sibuk ya, Inspirator Kesayangan. Jangan terlalu tidak peduli dengan saya. Kamu teman kesayangan sekaligus inspirator kesayangan yang saya punya, saya tidak tahu harus berbuat apa jika kamu susah peduli dengan saya. Kamu pernah mengatakan bahwa kamu ingin membantu saya untuk menyelesaikan novel saya dengan lebih sering bermain dengan saya. Sekarang novel saya mentok, saya butuh menghabiskan waktu denganmu.
Dulu, kamu (sepertinya) berusaha keras untuk memenuhi perkataanmu itu, berusaha meluangkan waktu untuk sekedar menyapa saya atau bermain sebentar bertukar cerita, tetapi sekarang saya berkata seperti apapun, kamu (sepertinya) susah untuk peduli dengan saya. Kamu (sepertinya) malas menggerakan tubuhmu untuk sekedar bertemu saya dan mendengar cerita-cerita tidak penting yang saya punya. Saya rindu dirimu yang dahulu mengatakan senang mendengar cerita saya dan minta diingatkan ketika kamu lupa. Memang segala hal sulit berjalan sama persis, ya?
Saya tahu kamu orang yang mudah bosan dengan suatu hal, tapi saya bukan suatu hal, saya manusia, saya temanmu. Saya tidak menyalahkanmu karena saya tahu setiap orang pasti membutuhkan "me time" dalam menjalani hari-harinya. Mungkin saya hanya iri denganmu yang bisa memiliki "me time" di rumah karena "me time" saya pasti di kamar kotak tanpa canda tawa dari keluarga saya. "me time" yang saya miliki bahkan membuat saya semakin bosan, sehingga saya banyak mengganggumu dengan pesan singkat tidak bermakna tentang hal apa saja yang saya lakukan dan hal apa saja yang baru pertama saya lalui.
Ah, sudahlah. Semakin saya menulis lebih lanjut semakin saya ingin bermain denganmu. Seberapa seringnya kamu menghilang dari pandangan saya, tetap ingat ya, saya selalu menunggu untuk dihubungi olehmu dan menunggu ajakan bermain bersama denganmu. Pasti kamu berpikir kenapa bukan saya yang mengajakmu bermain terlebih dahulu atau menghubungimu lebih dulu? Sederhana saja, karena kamu adalah inspirator kesayangan yang sibuk, setiap saya melakukannya lebih dulu jawabannya dapat dipastikan 90% penolakan. Saya jadi bingung jika mengajakmu harus di waktu yang bagaimana hingga tepat sasaran di mood-mu yang bagus untuk bergerak dan bermain bersama.
Sehat terus ya kamu, istirahat yang cukup meskipun kesibukanmu banyak menguras waktu dan pikiranmu. Makan yang baik karena saya tidak ingin kamu terserang maag seperti saya. Ah, saya jadi rindu kamu yang dulu sering mengingatkan saya makan, sekarang kamu benar-benar tidak melakukannya sama sekali. Biarlah. Sibukmu itu lebih minta perhatian daripada teman manja yang selalu merengek diajak main. Jaga kondisimu baik-baik ya, simpankan cerita-ceritamu untuk saya karena jika kamu bosan mendengar cerita tidak mutu saya, saya selalu bersedia menjadi telinga yang mendengarkanmu ketika kamu rasa tidak seorang pun ingin mendengarnya.
Kamu apa kabar belakangan ini? Saya jadi semakin susah menggapaimu di minggu Ujian Akhir Semester ini. Kamu tahu? Novel saya mentok, susah dilanjutkan karena inspiratornya (kamu) sibuk sekali dengan dunianya. Saya pikir kamu bosan bermain dengan saya, jadi untuk sementara saya (berusaha keras) hilang dari hadapanmu. Ternyata (sepertinya) kamu tidak bosan bermain dengan saya, kemarin kamu mengajak saya mengunjungi sebuah pameran seni bersama teman yang tidak kamu sebutkan siapa namanya dan darimana asalnya dan hal yang paling menyebalkan adalah saya tidak bisa pergi bersamamu karena tugas Ujian Akhir Semester yang membelit saya hingga hampir pingsan.
Tadi pagi saya melihatmu berjalan dengan teman-temanmu (teman-teman kita), saya memanggilmu dengan suara keras karena terlalu senang bertemu denganmu setelah beberapa hari kamu menghilang dari pandangan mata saya, tetapi kamu sepertinya masih setengah sadar karena Ujian Akhir Semester yang (mungkin) juga membuatmu hampir pingsan.
Kamu jangan terlalu sibuk ya, Inspirator Kesayangan. Jangan terlalu tidak peduli dengan saya. Kamu teman kesayangan sekaligus inspirator kesayangan yang saya punya, saya tidak tahu harus berbuat apa jika kamu susah peduli dengan saya. Kamu pernah mengatakan bahwa kamu ingin membantu saya untuk menyelesaikan novel saya dengan lebih sering bermain dengan saya. Sekarang novel saya mentok, saya butuh menghabiskan waktu denganmu.
Dulu, kamu (sepertinya) berusaha keras untuk memenuhi perkataanmu itu, berusaha meluangkan waktu untuk sekedar menyapa saya atau bermain sebentar bertukar cerita, tetapi sekarang saya berkata seperti apapun, kamu (sepertinya) susah untuk peduli dengan saya. Kamu (sepertinya) malas menggerakan tubuhmu untuk sekedar bertemu saya dan mendengar cerita-cerita tidak penting yang saya punya. Saya rindu dirimu yang dahulu mengatakan senang mendengar cerita saya dan minta diingatkan ketika kamu lupa. Memang segala hal sulit berjalan sama persis, ya?
Saya tahu kamu orang yang mudah bosan dengan suatu hal, tapi saya bukan suatu hal, saya manusia, saya temanmu. Saya tidak menyalahkanmu karena saya tahu setiap orang pasti membutuhkan "me time" dalam menjalani hari-harinya. Mungkin saya hanya iri denganmu yang bisa memiliki "me time" di rumah karena "me time" saya pasti di kamar kotak tanpa canda tawa dari keluarga saya. "me time" yang saya miliki bahkan membuat saya semakin bosan, sehingga saya banyak mengganggumu dengan pesan singkat tidak bermakna tentang hal apa saja yang saya lakukan dan hal apa saja yang baru pertama saya lalui.
Ah, sudahlah. Semakin saya menulis lebih lanjut semakin saya ingin bermain denganmu. Seberapa seringnya kamu menghilang dari pandangan saya, tetap ingat ya, saya selalu menunggu untuk dihubungi olehmu dan menunggu ajakan bermain bersama denganmu. Pasti kamu berpikir kenapa bukan saya yang mengajakmu bermain terlebih dahulu atau menghubungimu lebih dulu? Sederhana saja, karena kamu adalah inspirator kesayangan yang sibuk, setiap saya melakukannya lebih dulu jawabannya dapat dipastikan 90% penolakan. Saya jadi bingung jika mengajakmu harus di waktu yang bagaimana hingga tepat sasaran di mood-mu yang bagus untuk bergerak dan bermain bersama.
Sehat terus ya kamu, istirahat yang cukup meskipun kesibukanmu banyak menguras waktu dan pikiranmu. Makan yang baik karena saya tidak ingin kamu terserang maag seperti saya. Ah, saya jadi rindu kamu yang dulu sering mengingatkan saya makan, sekarang kamu benar-benar tidak melakukannya sama sekali. Biarlah. Sibukmu itu lebih minta perhatian daripada teman manja yang selalu merengek diajak main. Jaga kondisimu baik-baik ya, simpankan cerita-ceritamu untuk saya karena jika kamu bosan mendengar cerita tidak mutu saya, saya selalu bersedia menjadi telinga yang mendengarkanmu ketika kamu rasa tidak seorang pun ingin mendengarnya.
by Dita Oktamaya
No comments:
Post a Comment