Friday, June 22, 2012

Kamu Sudah Besar, Jaga Mereka Baik-baik

"Selamat ulang tahun, Jakarta. Kamu adalah kota yang (jika bisa) ingin saya hindari, tetapi kenangan yang kamu punya dan orang-orang penting dalam hidup saya yang terlanjur terbiasa denganmu, membuat saya selalu kembali."



Itu benar Jakarta, kamu adalah kota yang 'menakutkan' bagi saya, entah apanya.

Luasnya? Macetnya? Ketidakramahannya? Polusinya? Entahlah. Saya terkadang bingung apa yang bisa saya banggakan darimu, mall? Jangan bercanda, saya bahkan lelah dengan bangunan super megah yang hiruk pikuk itu. Dalam otak saya, kamu adalah seburuk-buruknya kota. Rasanya ingin memakimu yang lebih terkenal oleh kesombongannya daripada kesuksesannya.

Kamu tahu geger budaya macam apa yang saya alami selama saya tinggal di Jogja? Saya lebih banyak mendapat senyum, lebih tepat memperhitungkan waktu kepergian dan waktu kedatangan karena tidak ada macet di kota ini, menjadi lebih mengerti arah mata angin, lebih mengenal budaya Indonesia karena keragaman yang ditawari Jogja adalah budaya dalam wujud sesungguhnya, bukan wujud abstrak yang ditawari olehmu dengan keragaman dalam individualitas metropolitan.

Kamu semakin jauh untuk saya gapai, Jakarta. Semakin jauh dan semakin menakutkan.

Saya lahir, tumbuh, dan berkembang di kotamu. Saya akui, berbagai macam kenangan telah saya lewati. Dari saya yang terlalu pengecut untuk keluar rumah, menjadi saya yang bisa menjadi begitu galak dengan orang-orang iseng yang mengganggu kenyamanan saya setiap saya berjalan kaki. Dari saya yang berjalan menunduk, menjadi saya yang berjalan dengan satu jengkal meninggikan dagu. Dari saya yang sering menatap teduh, menjadi saya yang menatap tajam kepada siapapun.

Kamu tidak ramah, makanya saya kesulitan untuk bersikap ramah kepadamu.

Tapi apa kamu tahu? Saya tidak bisa menghindar darimu, meskipun saya mau. Saya tidak bisa terlepas darimu, meskipun saya ingin. Saya butuh kamu karena di tempatmu lah orang-orang penting dalam hidup saya berkumpul. Orang-orang penting dalam hidup saya tersebut sudah terbiasa dan sudah cukup kebal dengan ketidakramahanmu, Jakarta.

Mereka adalah orang yang paling baik dalam hidup saya, tidak bisa kah kamu ramah sedikit kepada mereka?

Saya benci mengatakan ini padamu, tetapi tolong jaga mereka. Kamu sudah besar, sudah 485 tahun, bersikap baiklah kepada mereka. Jangan buat mereka terlalu lelah dan jenuh terhadap keadaan yang kamu tawarkan. Jangan terlalu menyebalkan dengan waktu yang terasa selalu berjalan terlalu cepat setiap mereka melakukan kegiatan.

Pikirkan ini baik-baik, Jakarta. Jika bukan mereka yang membuat saya tertawa dan merasa dibutuhkan, saya pasti akan meninggalkanmu. Jika bukan mereka yang mengajarkan saya mengendarai sepeda agar ramah terhadap alammu, saya pasti tidak akan peduli denganmu. Jika bukan mereka yang menawarkan saya untuk mencoba jajanan pasar yang menarik perhatian saya dengan nama unik seperti kue pancong, kue cubit, kue apem, dan kue-kue lainnya, saya pasti akan mengolok-olokmu. Tanpa mereka di kotamu, saya dapat pastikan saya sulit merindukanmu, Jakarta. Jadi, tolong jaga mereka baik-baik.

Saya tahu, terlalu susah untuk dikaitkan dengan logika jika saya berharap keterlepasanmu akan macet dapat terwujud, tetapi saya sangat berharap kehidupanmu dapat lebih baik dari itu. Kamu tahu kamu nyaris kehilangan simpati saya karena keangkuhanmu, kan? Tapi ingatlah, Jakarta, sampai kapanpun saya tidak akan bisa terlepas darimu. Meskipun sekarang saya bilang saya benci kamu dan kamu adalah seburuk-buruknya kota yang ada, saya tetap tidak akan terlepas darimu karena 18 tahun dari 485 tahunmu adalah milik saya yang saya habiskan dengan orang-orang penting dalam hidup saya.

Saya sangat berterima kasih karena kamu tidak pernah mengeluh atas keberadaan saya di kotamu selama 18 tahun. Saya harap kamu selalu dapat menjaga orang-orang penting dalam hidup saya itu. Kamu sudah besar, jadi pasti sudah bisa menjaga mereka dengan baik. Jangan marah atas perkataan saya yang banyak mencelamu dan mengatakan betapa saya menganggapmu sebagai seburuk-buruknya kota karena satu hal yang terlupa untuk saya katakan kepadamu adalah saya benci mengatakan benci padamu, Jakarta.


by Dita Oktamaya

No comments: