Ah, saya ingin pamer!
Jujur belakangan ini saya sedang sangat teramat egois karena banyak hal yang saya ingin kalian juga mengetahuinya. Maaf ya, tetapi semoga apa yang saya ceritakan ini selalu menyenangkan, jadi kalian tidak perlu repot-repot melempar sendal ke muka saya jika ternyata kalian tidak menyukai cerita saya. Jangan sampai.
Baiklah, sudah lama sebenarnya ingin bercerita tentang ini. Tentang perjalanan saya di Korea Selatan bulan Oktober tahun lalu. Dari mana memulainya ya? Ada ide?
Jujur saya bingung jika disuruh bercerita tentang perjalanan saya di Korea Selatan kemarin, sangat singkat. Singkat sekali. Mungkin hanya 2 minggu. Jika kalian bertanya untuk apa saya pergi ke sana, saya akan menjawab : Jalan-jalan.
Saya sesungguhnya tidak mengerti perjalanan ini untuk apa dan bagaimana, yang saya tahu (dan ingat) saya diminta mendaftar, membuat essay, mengumpulkan foto, formulir, fotokopi passport, curicculum vitae dan menunggu hasil dari ketua Jurusan saya yang lama, inspirator saya nomer 1 setelah saya menginjakan kaki di Jurusan saya yang sangat saya cintai.
Jika kalian bertanya kenapa saya rela berusaha membuat essay dan repot mengurus ini-itu hanya demi pergi ke Korea Selatan, jawaban saya : Penasaran.
Penasaran yang pertama, karena saya belum pernah pergi ke luar negri sebelumnya dan hal itu membuat saya penasaran karena saya tidak pernah melihat negara lain di luar Indonesia secara langsung, jadilah Korea Selatan negara pertama yang saya kunjungi.
Penasaran yang kedua, karena di Indonesia tidak ada musim gugur dan saya sangat tertarik dengan musim gugur setelah membaca novel karya Ilana Tan yang berjudul Autumn in Paris, jadi saya penasaran ingin melihat daun-daun berserakan di jalan yang menjadikan jalanan begitu amat sangat berantakan, tetapi indah dan sejuk. Ya, meskipun ternyata saya bukan pergi ke Paris tetapi ke Seoul.
Penasaran yang ketiga, karena saya ingin bertemu dengan teman-teman saya di sana, saya penasaran apakah mereka baik-baik saja, apakah kami benar-benar berada di bumi yang sama dan melihat langit yang sama, tetapi tinggal di negara dengan waktu yang berbeda. Saya penasaran untuk melihat perbedaan yang susah dilihat dengan kasat mata.
Begitulah dan rasa penasaran saya semua terjawab sudah. Saya pergi ke sana setelah menempuh berbagai macam kerepotan, tetapi semua berjalan dengan baik berkat sang Inspirator yang dengan sangat baik mengurus visa saya dengan cara mengintruksi saya melalui email karena beliau sudah lebih dulu berada di Seoul.
Ketika sampai di sana saya hanya bisa tersenyum, jadi ini rasanya berada di negara lain di luar Indonesia, jadi ini rasanya musim gugur di negara empat musim, jadi ini rasanya bertemu dengan teman-teman bermata kecil saya setelah beberapa lama tidak bertemu, jadi ini rasanya, menyenangkan sekali.
Ini saya setiba di Bandara Incheon, Korea Selatan (Saya suka susu rasa pisang yang sedang saya genggam erat-erat itu)
Ini saya saat program berlangsung, saya harus memakai rompi itu kemana-mana, nama program itu PYEX (PAS (Pasific Asia Society) Youth Exchange)
Saya senang rasa penasaran saya terjawab bahkan sejak kedatangan saya di negri ginseng tersebut, saya bahkan senang sekali teramat sangat melihat teman saya dengan gaya khasnya mengomeli saya karena dia telah menunggu lama di pintu keluar bandara, wanita bermata kecil itu dengan gaya khasnya mengomeli saya dengan bahasa ibunya (bahasa Korea) kemudian memeluk saya erat, rindu katanya.
(Dari kiri ke kanan) ada 2 teman saya dari satu jurusan saya di kampus dan ada teman bermata kecil saya yang dengan setia menanti kedatangan kami di Bandara Incheon :)
(Dari kiri ke kanan) Bapak inilah inspirator saya, akhirnya ketemu juga setelah program kami selesai, kami berjalan-jalan bersama dua teman saya juga dari jurusan yang sama dengan saya :)
Saya senang karena saya tahu saya mendapat banyak teman baru dari Indonesia dan dari negara-negara tetangga (Asia Tenggara dan sekitarnya) dan berkat mereka saya sempat mempelajari lagu selamat ulang tahun dan kalau kau suka hati dalam berbagai versi bahasa (meskipun tidak semua saya ingat) serta menyanyikannya di mana saja, bersama-sama.
Baru kali ini saya merasa bahwa bahasa Internasional bukanlah bahasa Inggris (karena sebagian besar dari kami tidak dapat berbahasa Inggris), melainkan bahasa Korea, how sweet! Saya dan mereka, sama-sama tidak menggunakan bahasa Korea sebagai bahasa Ibu kami, tetapi saat itu kami dengan cueknya, dengan aksen kami masing-masing berkomunikasi dengan bahasa orang yang notabennya adalah bukan bahasa Internasional, jika kalian bertanya bagaimana rasanya? Menyenangkan. Saya senang, senang sekali teramat sangat.
Saya bertemu dengan teman-teman dari Indonesia juga, jumlah kami seluruhnya ada 8 orang dan tim Indonesia adalah satu-satunya tim yang seluruh anggotanya adalah mahasiswa, sehingga kami adalah tim yang paling berisik, paling tidak bisa diam, paling suka ketawa keras-keras, paling suka tantangan, paling muda, tetapi paling mudah untuk diatur. Dan tim kami terkenal sebagai tim yang pelafalan bahasa Koreanya sangat baik (thanks to bahasa Indonesia yang tidak menuntut orang Indonesia menggunakan aksen tertentu yang sulit untuk diubah).
Ini Tim Indonesia yang berjumlah 8 orang, kantong plastik berwarna hitam itu bukan sampah, tetapi barang belanjaan kami
Foto ini diambil di Gedung DPR Korea Selatan (jika tidak salah ingat), hanya tim kami yang dengan cueknya berpose seperti itu
Foto ini diambil ketika kami meminta izin untuk berjalan-jalan di malam hari ( setelah program ini-itu kami ikuti di pagi hingga menjelang sore hari), sepertinya hanya tim ini yang tidak mengenal kata lelah :)
Program yang saya ikuti ini memiliki 2 koordinator acara, dua-duanya wanita. Yang satu tidak terlihat sudah menjadi wanita dewasa karena suara dan gayanya sangat imut, yang satu lagi terlihat sangat dewasa dengan gayanya yang khas, tetapi memiliki kepanikan tersendiri ketika sedang lelah, sehingga dia sulit sekali untuk fokus. Mereka sangat baik. Baik dan menyenangkan.
Tim Indonesia memiliki panggilan tersendiri untuk 2 koordinator ini, untuk koordinator yang imut kami memanggilnya "wanita empat musim" karena sedingin apapun udara musim gugur saat itu, dia dengan santainya menggunakan legging tipis (sekali) dan rok pendek (sekali). Untuk koodinator yang sulit untuk fokus kami memanggilnya "wanita siap kerja" karena selalu berpakaian rapi dan formal, resmi, tetapi terlihat simple dan kami menyukainya, sangat khas.
Ini saya bersama koordinator acara saya yang disebut sebagai "Wanita Empat Musim"
Mereka semua adalah para volunteer dan koordinator acara yang bertanggung jawab atas program ini, mereka sangat baik dan bersama mereka sangat menyenangkan :)
Hingga saat ini mereka berdua masih sering berhubungan dengan saya melalui media online, menanyakan sudah makan atau belum, mengucapkan selamat pagi atau selamat tidur. Mereka bergosip tentang pekerjaan mereka dengan saya dan saya bergosip (atau lebih tepatnya minta diajari) tentang tugas-tugas saya dengan mereka.
Begitulah mereka menunjukan bahwa jarak bukanlah penghalang ketika persahabatan yang baik terjalin, itu yang mereka ingin tunjukan kepada saya ketika hari terakhir keberadaan saya di sana, saya mengatakan bahwa Korea Selatan dan Indonesia, Seoul dan Jogjakarta itu sangat jauh, saya takut mereka lupa saya karena saya tidak kelihatan di hadapan mereka. Mereka mengatakan kepada saya bahwa manusia memang pada akhirnya memiliki kesibukan
masing-masing, bukan lupa atau tidak ingat, tetapi mereka yakin saya pasti berada di antara tumpukan pekerjaan yang membuat pikiran mereka sibuk. Semoga saja. Saya harap begitu.
Oh, apakah saya sudah bercerita tentang saya yang sangat menyukai duo indie yang berasal dari Korea Selatan bernama J Rabbit? Saya sangat suka mereka, tetapi sayangnya sebagian besar teman-teman bermata kecil milik saya tidak terlalu mengetahui keberadaan duo
indie tersebut, mereka bahkan heran bagaimana saya bisa mengetahui duo indie tersebut padahal saya adalah orang Indonesia dan tinggal di Indonesia. Saya rasa mereka belum terlalu paham fungsi internet yang sebenarnya :P
Dan hal yang tak terduga adalah dari beberapa orang teman yang saya tanya mengenai J Rabbit, koordinator saya yang memiliki panggilan "wanita siap kerja" adalah satu-satunya orang yang juga mengetahui dan menyukai duo indie tersebut, that's great! Kami sama-sama menyukai J Rabbit karena lagunya tidak melulu tentang cinta. Meskipun memang ada beberapa lagu tentang cinta yang dikemas dengan manis dan menggemaskan, tetapi kebanyakan lagu mereka adalah tentang hidup, tentang semangat yang harus bisa diraih seseorang ketika berada di titik jenuh kehidupannya, tentang hari esok yang membuat banyak orang bertanya-tanya untuk apa dan akan seperti apa. Saya suka J Rabbit, mereka mengagumkan.
Dan hal yang paling tak terduga adalah koordinator saya tersebut ternyata diam-diam membeli CD J Rabbit (yang saat di Korea dulu ingin saya beli, tetapi ternyata selalu sold
out) dan mengirimkannya ke Indonesia. Kami memang sempat bertukar alamat tempat tinggal kami, awalnya saya pikir untuk apa, ternyata untuk ini. Saya sangat senang sekali. Dia tidak mengatakan apa-apa selain bersyukur karena paketnya dapat sampai ke tangan saya dengan baik. Ah, koordinator yang (sangat) baik.
Katanya, saya lah yang membuatnya berlaku demikian, saat itu saya memang sedang iseng mengirim buku belajar bahasa Indonesia dan sebuah kalung khas Indonesia ke Korea Selatan. Dia mengatakan sangat senang menerimanya dan dia pun mengirimi saya CD itu. Oh, sejujurnya saya tidak pernah berpikir untuk mendapat imbalan seperti ini ketika dahulu saya memberikan barang-barang yang saya sendiri pun iseng mengirimnya karena saya ingin dia mengetahui setidaknya sedikit tentang bahasa Indonesia. Namun, saya sangat berterima kasih karena pemberiannya sangat menyenangkan. Dalam paket itu pun terdapat surat tulisan tangannya yang membuat saya ingin selalu menangis setiap membacanya.
Ini adalah paket kiriman koordinator acara saya yang disebut "Wanita Siap Kerja", kertas kecil berbentuk Hanbok (baju tradisional Korea) itu adalah surat tulisan tangannya
Ah, saya rindu masa-masa di Korea Selatan, saya rindu tidur di bis yang memiliki tempat menaruh minum tersendiri di setiap tempat duduknya. Saya rindu berjalan-jalan di udara dingin musim gugur yang membuat saya hampir mimisan. Saya rindu menyanyi lagu dengan berbagai versi bahasa. Saya rindu jajan di pinggir jalan kota Seoul. Saya rindu menawar harga barang-barang kerajinan di sana dan mendapat diskon karena saya orang asing yang katanya pintar berbahasa Korea.
Saya rindu menaiki kereta bawah tanah yang stasiunnya berada sangat jauh dari tempat saya menginap hingga saya harus berjalan kaki di udara dingin yang membuat kaki gemetar. Saya bahkan rindu menunggu lampu hijau bagi pejalan kaki menyala dan saya bahkan rindu diomeli dengan kedua koordinator saya karena saya selalu tidur di setiap kesempatan dan selalu jarang menghabiskan makanan yang katanya mahal (karena porsi makan orang Korea bisa 3x lipat lebih besar dari porsi makan saya). Saya rindu Korea Selatan, saya rindu mereka, saya juga rindu tim Indonesia, apa kabar kalian? Semoga kalian selalu baik-baik saja. Tidak apa-apa ya saya pamer di sini, pamer tentang keberuntungan saya bertemu kalian dan mendapatkan kalian masih tinggal dengan baik di hati saya.
-----
Bagi kalian yang penasaran dengan J Rabbit, inilah mereka :
mereka mengagumkan, bukan? :D
By Dita Oktamaya
8 comments:
seru sekali tampaknya. jadi pengen travel kesana juga *liraklirik saldo tabungan
@kriww : iya seru sekali karena biaa bertemu dengan mereka : )
waaaaaa *mupeng*
waaa senengnya bisa menginjak tanah yang bukan indonesiaaa :)
@niken : ke sana yuk? :D
@pungky : iyaa. menyenangkan sekali : )
hmm..:)
@yenese : hmmm? :)
Untuk chingu yg ingin pergi ke korea, bukannya sekarang lagi ada event Touch Korea Tour ya dr kto Indonesia?? Coba deh search di google: touch korea tour kto Indonesia buat info lengkapnya.. hadiahnya jalan2 5D4N gratis (visa&pesawatPP) + ketemu 2PM & miss A @.@”
stylish generation
Post a Comment