Hari ini saya bertemu dengan senior-senior saya yang berada satu tingkat di atas saya. Jika dipikir-pikir sudah cukup lama saya tidak berkumpul bersama mereka dan menghabiskan waktu bersama, sekedar berbincang.
Mereka masih menyenangkan seperti dulu, penuh tawa, penuh ekspresi. Dua di antara mereka (jumlah seluruhnya tujuh orang) besok akan diwisuda, diresmikan jadi sarjana.
Melihat kenyataan itu saya jadi berpikir bagaimana saya nanti. Wisuda adalah hal yang penting bagi semua mahasiswa, penting, karena hal itu merupakan simbolisasi seseorang untuk melepas statusnya dari mahasiswa menjadi masyarakat pekerja seutuhnya.
Takut? Ya, saya takut.
Entahlah, saya tidak ada bayangan, tidak mengerti apa yang seharusnya saya lakukan untuk berani menatap segala sesuatu yang berada di depan saya, semuanya masih abu-abu.
Saya takut sendirian, takut memasang label bertuliskan "individu" di dahi saya. Saya takut kepalsuan, takut mendapat dukungan dari teman yang sesungguhnya merupakan para pesaing yang berkedok persahabatan. Saya takut saya tidak mendapatkan ketulusan seperti ketika saya masih berada dalam lingkup kemahasiswaan. Saya takut.
Jika saya berkata takut, saya jadi teringat pesan teman kesayangan saya :
"Yang terpenting kamu percaya, jika kamu melakukan sesuatu, tetapi kamu tidak percaya, apa yang kamu lakukan sia-sia. Inget ya, di dunia ini tidak ada yang sia-sia kecuali orang itu tidak mau berusaha."
Terima kasih ya, kamu. Kamu teman yang berhati nyaman dan selalu bisa membuat saya merasa lebih baik, meski kadang saya tidak sadar kamu telah melakukannya :)
Mereka masih menyenangkan seperti dulu, penuh tawa, penuh ekspresi. Dua di antara mereka (jumlah seluruhnya tujuh orang) besok akan diwisuda, diresmikan jadi sarjana.
Melihat kenyataan itu saya jadi berpikir bagaimana saya nanti. Wisuda adalah hal yang penting bagi semua mahasiswa, penting, karena hal itu merupakan simbolisasi seseorang untuk melepas statusnya dari mahasiswa menjadi masyarakat pekerja seutuhnya.
Takut? Ya, saya takut.
Entahlah, saya tidak ada bayangan, tidak mengerti apa yang seharusnya saya lakukan untuk berani menatap segala sesuatu yang berada di depan saya, semuanya masih abu-abu.
Saya takut sendirian, takut memasang label bertuliskan "individu" di dahi saya. Saya takut kepalsuan, takut mendapat dukungan dari teman yang sesungguhnya merupakan para pesaing yang berkedok persahabatan. Saya takut saya tidak mendapatkan ketulusan seperti ketika saya masih berada dalam lingkup kemahasiswaan. Saya takut.
Jika saya berkata takut, saya jadi teringat pesan teman kesayangan saya :
"Yang terpenting kamu percaya, jika kamu melakukan sesuatu, tetapi kamu tidak percaya, apa yang kamu lakukan sia-sia. Inget ya, di dunia ini tidak ada yang sia-sia kecuali orang itu tidak mau berusaha."
Terima kasih ya, kamu. Kamu teman yang berhati nyaman dan selalu bisa membuat saya merasa lebih baik, meski kadang saya tidak sadar kamu telah melakukannya :)
by Dita Oktamaya
No comments:
Post a Comment