Jakarta,
30-12-2009
With Love, Dita Oktamaya
tidak cukup hariku bertanya tentang aku, masih ada jalan panjang dan garis lurus untuk mengetahuinya dan kau tidak akan pernah tahu hingga kau tiba disini
Hai apa kabar?? Baik-baikkah kalian? Maaf saya telah cukup lama ber-hibernasi dari dunia blog belakangan ini, sinyal internet di Yogyakarta (kamar kos saya) tidak terlalu baik :(
Ada yang ingin disampaikan?? Kalau saya ada, saya rindu kalian :)
Beberapa bulan yang lalu saya tiba di Yogyakarta, memulai kehidupan baru sebagai seorang mahasiswi. Saya ingat sebelum berangkat ke Yogyakarta ada seorang teman yang meminta saya untuk menulis tentang malioboro pada malam hari.
Sejujurnya, saya bingung ingin mengatakan apa, hari pertama di Yogyakarta, seorang teman mengajak saya untuk pergi mencari es degan (kelapa) untuk kakaknya yang sedang hamil, tetapi hasilnya nihil! Kami tidak menemukan es degan sama sekali, pada akhirnya kami pun berkunjung ke malioboro pada malam hari.
Ya, saat itu kondisi saya tidak sedang dalam keadaan baik, maka dari itu teman saya mengajak saya ke suatu warung lesehan yang cukup nyaman sebenarnya, jika tidak bertubi-tubi pengamen datang menyanyikan lagu yang sebenarnya tidak dapat disebut lagu (kalian pasti mengerti maksud saya). Saat itu kami banyak bercerita, menceritakan tentang Yogyakarta pada malam hari. Kehidupan yang berjalan perlahan namun pasti.
Kalian tahu?
Setelah beberapa bulan tinggal di Yogyakarta, saya merasakan bahwa waktu berjalan begitu lambat. Tidak ada sesuatu dalam keadaan terburu-buru, semuanya terasa berjalan perlahan. Bagi kalian yang tinggal di Yogyakarta, apa juga merasa demikian? Atau semuanya hanya perasaan saya saja?
Anyway, tiga hari yang lalu, kampus saya (jurusan lebih tepatnya) mengadakan sebuah acara bernama : Korean Days.
Ya, seperti namanya, kami membuat acara berdasarkan apa yang menjadi hal-hal yang kami pelajari.
Kami memperkenalkan budaya Korea kepada masyarakat di dalam atau pun luar kampus. Hal yang terpenting adalah bagaimana kalian memperkenalkan apa yang telah kalian pelajari dengan cara yang menyenangkan. That's a point, dude!
Acara ini dilaksanakan pada tanggal 9-10 Desember 2009 yang lalu. Tidak hanya memperkenalkan budaya, tetapi kami pun juga memperkenalkan makanan-makanan khas Korea. Banyak pengunjung yang terlihat puas (menurut saya) karena mengetahui lebih banyak tentang budaya Korea yang akhir-akhir ini banyak menarik perhatian mereka.
Acara puncak dilaksanakan pada malam hari tanggal 10 Desember kemarin. Dalam puncak acara ini, kami mempersembahkan pentas seni dengan berbagai macam hal bernuansa Korea.
Jujur, acara puncak malam itu sungguh membuat saya waswas. Bagaimana tidak? Saya ditunjuk sebagai koordinator dalam pertunjukkan drama dari angkatan saya. Selain sebagai penulis naskah, saya juga berperan sebagai sutradara dan music director dalam drama ini.
Menurut saya, waktu latihan tidaklah begitu banyak untuk mempersiapkan ini semua, saya mencoba untuk tetap berpikir positif bahwa saya dan teman-teman yang menjadi aktor dan aktris saya pasti bisa melakukan itu semua meskipun kami selalu khawatir akan melanggar jam malam kos untuk berlatih drama ini. Dan pada akhirnya, ya kami berhasil!
Para penonton merasa puas dengan pementasan yang kami lakukan, tepuk tangan dan canda tawa kesenangan terdengar di telinga saya, ya kami berhasil! Setidaknya untuk malam ini. Thanks to God :)
Well, selain sebagai Koordinator Drama, saya juga menjadi salah satu pemain dalam sebuah grup alat musik tradisional korea atau lebih dikenal sebagai 사물놀이 (Samulnori). Samulnori adalah permainan empat alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul, yang terdiri atas 장구 (Janggu), 쇄 (Swae), 북 (Buk), dan 징 (Jing). Saya memainkan Janggu yang dimainkan menggunakan dua buah pemukul seperti drum dalam sebuah band.
Malam itu adalah malam yang sangat berkesan bagi saya. Ya, katakanlah saya adalah gadis yang cengeng. Hari itu saya menangis, tersedu-sedu, melihat segalanya telah dilalui dengan lancar, mendengar tepuk tangan para penonton, tepuk tangan yang mengirimkan kelegaan karena merasa beban telah hilang. Satu pelajaran yang membuat saya tidak dapat berhenti berpikir bahkan hingga saya mengetik postingan ini : Bahagia bukan hanya saat kalian merasa senang tanpa kesedihan, tetapi bahagia adalah saat di mana kalian membuat orang lain bahagia dengan apa yang telah kalian usahakan bahkan orang yang tidak kalian kenal sekali pun.
Tahukah kalian? Mempelajari budaya Korea seperti ini tidaklah membuat saya lupa akan budaya Indonesia, tidak seperti itu! Saya makin mencintai budaya Indonesia bahkan jauh lebih besar dari sebelumnya. Tetap semangat, teman! Karena hanya kalian yang mengerti bahwa mimpi kalian sudah berada di depan mata untuk kalian raih :)
Saya bermain 장구 (Janggu)
징 (Jing)