Coba tebak apa yang akan saya ceritakan sekarang? Ya, pasti kalian akan mengira saya akan bercerita tentang begadang. Memang benar :D haha
Entah mengapa belakangan ini saya jadi teringat perkataan teman kesayangan saya, Damar (kalian ingat dia kan?) tentang sudut pandangnya tentang begadang.
Karena hal yang akan saya ceritakan di sini adalah tentang begadang, maka biarkan saya memberitahu kalian tentang Damar yang merupakan seorang teman perempuan yang saya punya dengan level kantuk tepat berada di bawah orang yang digigit lalat tsetse karena dimana pun dia berada, dia akan selalu mengantuk. Ah, meskipun begitu dia tetap teman kesayangan saya kok :)
Baiklah, perbincangan terjadi ketika saat itu kami tanpa direncanakan bertemu di kantin kampus dan dia meminta maaf karena tidak membalas pesan singkat yang saya kirimkan saat larut malam
Damar : "Maaf ga bales smsmu, Pau. Aku udah tidur, kamu tidur malem terus sih. Ga baik."
Saya : "Iya ga apa."
Damar : "Jangan begadang lagi ah, Pau. Perhatiin kesehatan."
Perbincangan kami berhenti di situ, selesai, tetapi seperti biasa, perkataan Damar selalu menjadi hal yang saya pikirkan setelah perkataan mama, papa, dan kakak saya.
-----
Damar : "Begadang lagi?"
Saya : "Aku tuh bukan begadang, tapi insomnia, beda, Bao."
Damar : "Ya makanya dimerem-meremin."
Itu adalah perbincangan di waktu yang berbeda, ketika lagi-lagi Damar tidak membalas pesan singkat yang saya kirim saat melewati tengah malam.
-----
Saya : "Ah kamu, smsku dibales sedikit dong, kalau malam sms kamu ribet banget sih, jam 9 aja udah tidur."
Damar : "Iya, lain kali dibaca."
Saya : "Jangan dibaca aja, tapi dibales juga."
Perbincangan selanjutnya ketika saya mengirimkan pesan singkat saya yang sepertinya agak sedikit penting waktu itu, meskipun saya lupa apa isi pesan singkat itu.
-----
Damar : "How dare you! Tuh, begadang lagi. Ga usah lah, Pau."
Saya : "Siapa sih yang begadang?"
Damar : "Kamu. Tuh liat mukamu pucat, begadang tuh pointless. Orang-orang boleh deh
begadang, tapi kamu jangan, ga sehat, Pau."
Saya : "Insomnia beda sama begadang."
Damar : "Ya dimerem-meremin."
Dimerem-meremin sepertinya adalah kata-kata favorit Damar dan mama saya ketika menghadapi saya yang tidak bisa tidur. Jika saya bilang tidak bisa tidur berarti saya benar-benar diserang insomnia, bukannya begadang dengan sengaja, tetapi mereka dengan sangat pedulinya mengatakan dimerem-meremin. Mereka memang dokter tidur yang paling keren karena resepnya hanya satu kata ulang itu -..- Ah, meskipun begitu setiap perkataan mereka memang selalu penting kok buat saya :)
Anyway, pada akhirnya kemarin saya membaca sebuah artikel di internet mengenai kanker hati yang ternyata faktor paling besar disebabkan karena orang terlalu sering bergadang, i swear jika memang saya tidak diserang insomnia saya juga tidak ingin tetap terjaga di tengah malam, tetapi saya insomnia, sungguh :(
Kalian tahu? Sekarang saya berusaha untuk mengatur jam tidur saya kembali, saya jadi sering melakukan kata-kata favorit Damar dan mama saya, dimerem-meremin dan sepertinya resep mereka bekerja dengan baik pada saya, semoga :)
Begadang adalah pointless, itu kata Damar dan hingga sekarang masih saya ingat dan sepertinya akan terus saya ingat. Semoga saya bisa segera sembuh dari insomnia dan dapat tidur dengan baik sesuai kebutuhan saya, Amin :)
Oh ya, untuk sekedar cerita tambahan, belakangan ini saya kangen sekali dengan Damar karena dia sibuk, saya sibuk, kami sama-sama sibuk. Jadi, jika bertemu di kampus pun kami hanya sebatas melambaikan tangan tanpa berbincang banyak tentang hal-hal yang kami lakukan. Hal itu yang membuat kami agak sedikit bingung ingin berbicara apa ketika masing-masing dari kami pada akhirnya memiliki waktu luang untuk menghabiskan waktu bersama.
Saya sempat tidak mengenal bahwa yang sedang berada di hadapan saya adalah Damar karena pada saat itu semua hipotesis saya tidak dia respon dengan cara yang seperti biasa, tatapannya kosong dan perkataannya agak sedikit ketus. Saya tidak mengerti apakah ini perasaan saya saja karena dia sendiri pun bingung harus berkata apa, tetapi ini bukan kali pertama dia seperti itu, saya tahu dan mulai terbiasa dengan sifat teman kesayangan saya ini karena hal itu adalah 'me time' yang dibutuhkan Damar ketika dia sedang jenuh beraktivitas (atau mungkin hanya saya yang sok tahu ya? Sudahlah)
Honestly, i do miss our girl days out.
Saya sampai mengatakan padanya untuk mengumpulkan jiwanya dan kembali menjadi Damar yang sebenarnya. Saya tahu itu konyol, jadi sebagai teman yang berusaha menjadi teman dekat baik yang dimiliki Damar, maka saya (berusaha keras untuk) mengerti dan memberikan dia ruang untuk menikmati 'me time' yang menendang saya dengan paksa dari pikirannya.
Hingga pada akhirnya kemarin Damar menghampiri saya dan perbincangan absurd yang sering kami lakukan pun tercipta dan semua kembali seperti semula, that's Damar! Itulah Damar yang saya kenal, saya senang sampai rasanya saya bingung harus bilang apa karena terlalu senang Damar yang lama telah kembali. Terima kasih ya, Bao karena akhirnya kamu telah kembali, Damar yang seperti ini yang aku maksudkan, Damar yang tatapannya teduh dan hatinya nyaman. Damar yang identik dengan julukan Jogjakarta, istimewa :)
by Dita Oktamaya