Friday, March 9, 2012

Tidak bisa. Saya Harus Sembuh.


Hei kalian, baik-baik saja kan? Jika kalian bertanya bagaimana kabar saya? No. No. Saya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Sakit? Ah, seandainya semudah itu menyebut hal ini dengan sebutan sakit.

Begini, saya ingin tahu bagaimana kalian mengartikan makna sakit itu sendiri? Hal yang harus disembuhkan dengan minum obat? Bagaimana jika obatnya tidak ada? Apa tidak akan sembuh?

Saya berpikir seperti itu, beberapa hari yang lalu saat saya telat makan (atau mungkin lebih tepatnya lupa makan?) dan lebih memilih minum kopi hitam hasil usaha teman saya yang berusaha menjadi pengusaha mandiri. Dan hasilnya? Saya sakit. Sakit sekali sampai rasanya saya tidak sanggup berdiri, badan saya gemetar, dan saya tidak sanggup menggenggam barang-barang di sekeliling saya.

Ah, tidak. Tidak. Kopi itu tidak beracun, yang beracun adalah tubuh saya. Saya memiliki maag yang notabennya tidak baik (atau lebih tepatnya tidak boleh) meminum kopi pekat atau kopi-kopi hitam lainnya.

Saya terbaring sendiri di kamar kos, berharap bantuan datang? Tidak. Saya tidak pernah berpikiran untuk merepotkan orang lain. Saya hanya berpikiran saya harap saya bisa merasa lebih baik saat itu, rasanya tidak enak gemetar seluruh badan seperti itu. Saya tidak bisa mengerjakan tugas dan menonton film yang saya pinjam dari seorang teman. Saya bahkan tidak bisa menyelesaikan buku yang sudah lama saya baca. Saat itu saya hanya berpikiran bahwa saya tidak seharusnya minum kopi. Hanya itu.

Kalian tahu? Saya merasa saya harus sembuh. Bukan. Bukan karena penyakit maag saya yang jika kambuh dapat membuat saya merasa mual sepanjang hari atau gemetaran seluruh badan. Saya harus sembuh dari kebiasaan saya yang tidak mengenal diri saya sendiri. Yang tidak mengenal tubuh saya sendiri.

Kalian tahu? Saya iri mengetahui teman-teman saya yang dapat mengenali diri mereka, makanan apa saja yang tidak boleh mereka makan, kapan sebaiknya mereka tidur malam. Atau bagaimana mereka mengetahui kapan dan seperti apa efek samping yang akan timbul pada tubuh mereka jika memakan makanan yang menjadi larangan buat mereka.

Saya? Tidak. Saya tidak pernah mengetahuinya. Saya jarang (atau lebih tepatnya tidak pernah) mengetahui siklus yang tepat yang terjadi di dalam tubuh saya. Saya tidak seharusnya seperti itu. Saya mau sembuh. Saya harus sembuh.

Saya mengatakan bahwa saya tidak bisa makan udang dan kepiting, saya mengatakan saya alergi, nyatanya? Tidak. Saya tidak alergi udang dan kepiting, saya hanya takut memakan mereka karena pernah suatu ketika saya memakan udang dan kepiting, telapak tangan dan kaki saya gatal. Pernah suatu waktu saya makan udang dan kepiting punggung saya gatal. Hanya suatu waktu, waktu yang tidak tentu kapan, selain itu? Saya selalu baik-baik saja memakan mereka.

Karena ketidaktahuan saya terhadap tubuh saya inilah saya mengatakan bahwa saya tidak bisa makan udang dan kepiting, untuk sementara, di Jogjakarta, ketika saya tinggal sendiri karena akan repot sepertinya jika ternyata 'alergi' saya tiba-tiba kambuh ketika saya sedang menjalani kehidupan saya sendirian di kota orang.

Saya sering tidak fokus terhadap sesuatu ketika melihat seseorang atau sesuatu yang menjadi prioritas saya terusik. Jika hal-hal yang menjadi prioritas saya terusik, saya akan menjadi jarang (atau lebih tepatnya tidak) fokus dalam mendengarkan perkataan orang lain, jadi sering tersandung, dan jadi sering menjatuhkan barang-barang di sekeliling saya, berurutan, berkali-kali sampai orang lain bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada saya.

Ah, tidak bisa. Saya mau sembuh. Saya harus sembuh. Saya tidak seharusnya seperti itu. Saya juga bingung mengapa saya berlaku demikian, saya ingin mengenal diri saya. Saya ingin sembuh sesembuh-sembuhnya.

Oh ya, ada satu hal yang saya takutkan (sebenarnya ada beberapa hal dan hal ini adalah salah satunya). Saya tidak mau memiliki keegoisan tinggi hingga membuat saya menutup mata dengan orang-orang di sekeliling saya. Saya tidak mau menjadi orang yang egois karena menurut saya itu (sangat) tidak baik. Itu buruk. Itu jahat.

Saya takut menjadi orang yang egois karena saya tidak mau membuat orang lain tidak merasa nyaman dengan saya. Ya, meskipun kadang manusia harus memiliki keegoisan tersendiri untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bisa disepelekan, tetapi saya tetap tidak mau menjadi orang yang egois. Saya sering bertanya-tanya, pada dasarnya manusia diciptakan untuk direpotkan dan merepotkan, bukan? Untuk saling berbagi satu sama lain, bukan? Lalu, untuk apa menjadi orang yang egois?

Tetapi, rasanya hal itu masih susah bagi saya, saya masih terlihat seperti orang yang egois, saya bingung menempatkan diri saya seperti apa, sehingga saya selalu terlihat sebagai orang yang egois. Saya bingung harus mengungkapkan seperti apa rasa kepedulian saya terhadap orang-orang di sekitar saya, sehingga orang lain melihat saya sebagai orang yang egois.

Saya bingung. Bingung sekali. Bingung sebingung-bingungnya.

Tidak tahu bagaimana lagi cara membuktikan bahwa saya pun tidak suka terlihat atau dianggap atau berbuat sesuatu yang egois. Saya ingin orang lain nyaman. Saya yakin orang-orang di sekitar saya adalah orang yang baik, maka dari itu saya ingin membuat mereka nyaman. Saya selalu berusaha memikirkan orang lain terlebih dahulu karena saya beranggapan saya ingin mereka nyaman berada di sekitar saya. Saya suka memperlakukan orang lain dengan nyaman, saya suka memperlakukan orang lain seperti apa yang orang lain itu inginkan. Saya suka karena dengan berlaku seperti itu membuat diri saya nyaman juga, tetapi entahlah saya bingung, saya takut membuat mereka nyaman adalah suatu keegoisan tersendiri yang saya punya.

Ah, jika semudah ini mengatakan bahwa semua yang rasa itu adalah penyakit, apakah kalian memiliki cara untuk menyembuhkannya? Jika kalian tahu caranya, tolong beritahu saya. Saya tidak ingin membuat orang-orang lain semakin kecewa dengan keadaan diri saya. Saya tidak suka merasa kecewa karena itu saya tidak ingin melihat orang lain kecewa. Rasanya tidak enak. Tidak menyenangkan sama sekali. Saya ingin menjadi orang baik yang hidup dengan baik. Saya harus sembuh.


-----






By Dita Oktamaya

7 comments:

Unknown said...

like

Dita Oktamaya said...

@yenese : terima kasih :)

pikipikatan said...

Dita cepat sembuh ya :)

pikipikatan said...

Dita cepat sembuh ya :)

Dita Oktamaya said...

@cinantyan : makasih cinan :)

Sanchia Surya Janita said...

cepet sembuh kak :) dan salam kenal dari saya :D

Dita Oktamaya said...

@nonasan : terima kasih, salam kenal juga :)