Saturday, March 10, 2012

This Saturday Was Almost A Nice Day. Almost.

I thought this saturday would be a nice day, but i was totally wrong. I wish i wasn't wrong, but i was.



My day didn't start out good, kuliah di pagi hari di akhir pekan, see?

Saya bahkan hanya memiliki satu hari untuk berguling-guling di kamar, nice! Saya suka mata kuliah ini, menyenangkan, tetapi kenapa harus dilaksanakan pada akhir pekan? =..=

Baiklah lupakan kuliah di akhir pekan yang (sangat) menyebalkan itu.

Apa kalian pernah membuat janji dengan seseorang? Apa kalian berpikir sama dengan saya bahwa janji itu adalah hal penting untuk membuat orang lain merasa dibutuhkan dan penting?

Begini, jauh hari dari awal pekan kemarin saya telah membuat janji untuk menonton sebuah film, bersama dengan dua orang teman, sebenarnya hanya dengan seorang teman, tetapi karena kami merencanakan makan bersama bertiga, kami pun menjadikannya dalam satu hari. Maka kami pun berjanji untuk pergi bersama.

Sejujurnya, saya jadi tidak menyukai hari sabtu ketika mengetahui hari ini ada kuliah pengganti selama bulan Maret karena dosen memiliki kesibukan sendiri untuk mengisi perkuliahan di hari biasa di bulan Maret dan dosen pengganti terlalu sibuk untuk meluangkan waktu mengajar kami di sela kuliahnya. Great! Maka jadilah perkuliahan di hari sabtu ini di mulai.

Saya tidak suka hal ini, tetapi saya suka hari sabtu kali ini karena saya berpikiran saya akan bertemu, menonton film, bercerita banyak dengan teman kesayangan saya, saya berpikir betapa baiknya hari ini akan berjalan karena banyak waktu yang akan saya lewatkan bersama dengan teman kesayangan saya itu karena kami sudah cukup lama tidak bertemu (kecuali jika saya menanyakan di mana keberadaannya dan menghampirinya) bahkan di kampus kami yang notabennya sama, tetapi kami tidak pernah berada pada kelas yang sama.

Jujur kadang saya ingin mengatakan padanya untuk membeli waktu dia beberapa jam saja, hanya untuk sebentar mendengar ceritanya yang terkadang jarang dia ungkapkan dan mengungkapkan cerita yang selalu ingin saya ceritakan kepada dia setiap saya mengalami setiap hal baru di keseharian saya, tertawa bersama, benar-benar menghabiskan waktu bersama-sama and i thought the day was this saturday, but that's big no.

Boleh saya bertanya sebenarnya apa yang kalian inginkan ketika membuat janji dengan teman kesayangan? Tepat sekali.

Tertawa bersama dan menghabiskan waktu bersama-sama. Sederhana bukan? Sesederhana itu. Saya ingin seharian ini bersama dia, baiklah mungkin saya egois, but i do miss her! Oh come on! Siapa yang tidak merindukan teman kesayangannya ketika waktu untuk bermain bersama semakin sedikit, siapa? Siapa yang tidak iri dengan teman-temannya yang lain yang memiliki lebih banyak waktu bersama dengan dia karena berada di kelas yang sama, siapa? Apa hanya saya yang merasakan ini? Oh, Poor me!

Kami jarang bertemu, saya tidak pernah mendapat kelas yang sama dengannya, sulit mendapatkan waktu luang untuk bercerita dengannya dan saya hanya minta satu hari (dipotong beberapa jam dari kuliah saya) bersamanya. Hanya satu hari. Is it hard? I thought we're team, aren't we?

Dia adalah teman yang selalu menjadi prioritas saya. Selalu. Dia menjadi teman yang selalu saya utamakan setiap kali dia ingin bertemu dengan saya bahkan sangat bersedia ketika saya sedang mengerjakan beberapa tugas dan akhirnya meninggalkan tugas-tugas itu sejenak untuk bertemu dengan dia, dia yang menjadi teman yang selalu saya pikirkan setiap kali saya mendapatkan hal yang menyenangkan karena saya juga ingin dia merasakan kesenangan itu, dia yang saya cari pertama kali ketika penyakit maag saya sedang kambuh (karena di Jogjakarta tidak ada keluarga saya) bukan untuk meminta untuk dibelikan obat, tetapi untuk setidaknya jika berada di samping dia saya merasa aman dan tidak akan apa-apa.

Namun, mungkin hanya saya yang menjadikan dia teman prioritas saya dan saya bukan (dan mungkin tidak akan) menjadi prioritasnya. She has plenty of friends and if compare with them, i know i'm the biggest nobody for her. Saya tidak meminta imbalan kepada dia untuk menjadikan saya teman yang menjadi prioritasnya. Tidak. Karena dia pun tidak pernah meminta saya untuk menganggapnya sebagai teman yang menjadi prioritas saya dan jika saya meminta hal itu , itu terlalu tinggi untuk saya.

Saya hanya berharap dia melakukan sesuatu, membuat janji atau pun bercerita meluangkan waktu bersama dengan saya semua itu adalah murni karena dia ingin melakukannya, bukan karena suatu keharusan dan perasaan tidak enaknya karena saya telah berbuat baik kepadanya. Oh come on! Menjadi no man terkadang penting. Katakan jika tidak mau karena akan selalu menjadi beban untuk saya setiap kamu mengatakan 'terserah', it has no meaning, Dear, you should know about it.

Hal yang membuat saya (sangat) kecewa hari ini adalah dia memiliki dua janji dalam waktu yang mungkin berdekatan. Jujur saya tidak tahu kenapa dia membuat dua janji dan dengan siapa dia membuat janji lebih dahulu. But, it's disappointing.

Janji dengan saya adalah menonton film dan janji bersama teman yang lain adalah membuat tugas. I swear, jika dia mengatakan tidak bisa menonton film dengan saya karena harus mengerjakan tugas, i won't mad at her! I swear! Saya malah jadi merasa sangat bersalah karena merasa saya telah merebut waktu luangnya untuk mengerjakan tugas dengan mengajaknya menonton film yang (mungkin) hanya saya saja yang berminat menontonnya.

Bertemu dengannya hari ini awalnya menyenangkan, sungguh sangat menyenangkan, karena saya merasa saya telah menjadi teman yang (sangat) penting untuknya karena dia rela meluangkan waktunya seharian ini bersama saya, but that was big no.

Dia memang berada di samping saya saat itu, tetapi pikiran dan perhatiannya berada di layar ponsel, dia seperti sedang dikejar waktu, mungkin, menurut saya yang awalnya tidak mengetahui dia memiliki janji lebih dari satu hari ini. Oh God, berada di sampingnya yang berlaku seperti itu membuat saya merasa sedang pergi bersama seorang selebritis yang tidak bisa lepas dengan ponselnya untuk megatur jadwalnya.

Jujur saya kecewa. Sangat. Hingga kaki saya terasa sangat lemas untuk diajak tetap berdiri dan berjalan ketika dia bertanya segera setelah film selesai, apakah dia boleh pulang mengerjakan tugas bersama dengan temannya dan dengan tanpa beban dia memberikan saya pilihan untuk 1) bersama dia berjalan-jalan di mall hingga malam, tetapi dia tidak menginap di tempat saya, atau 2) dia pulang segera setelah film selesai, tetapi malam ini dia menginap di kos saya.

How dare you, Dear! Kenapa pilihan yang kamu berikan begitu kejam?

Yang saya tahu hari ini seharusnya menjadi hari kita main bersama seharian hingga kita capek tertawa hingga malas mandi, yang saya tahu hari ini seharusnya menjadi hari ketika saya lebih banyak melihat kamu tertawa dengan ekspresi polosmu yang terkadang tidak mengerti lelucon apa yang saya katakan, hari ini seharusnya saya lebih banyak melihatmu tersenyum dan dengan cerewet menyangkal semua hipotesis saya tentang berbagai hal yang kita temui di jalan, bukan hari di mana saya dengan tidak berdaya melihat kamu bercengkrama dengan ponsel kesayanganmu. Kamu bosan bermain dengan saya? Tolong katakan jika memang begitu. Saya harus apa supaya teman kesayangan saya tidak bosan bermain dengan saya? Harus tidak bermain dengan kamu lagi? So, this saturday was not our girls day out, was it? Dan entah kenapa hati saya sakit. It was almost nice day. Almost.


-----


Dear my super duper lovely friend,

Ini bukan salah kamu, bukan. Saya yang seharusnya beradaptasi dengan sikapmu yang seperti itu. Kamu tidak pernah salah, saya yang selalu salah mengharapkan teman yang super sibuk seperti kamu meluangkan waktunya untuk pergi bersama saya. Saya yang selalu salah berharap kamu menepati janji bukan karena keharusan kamu membalas kebaikan-kebaikan yang katamu banyak saya lakukan. Saya yang selalu salah. Selalu tidak pernah tahu memperlakukan kamu dengan baik. Saya yang selalu tidak peka dengan keadaan kamu yang selalu berbanding terbalik dengan saya. Saya yang berharap lebih banyak mekipun kamu sudah berkali-kali mengingatkan untuk tidak berharap banyak tentang waktu yang kita punya hanya sedikit. Saya yang selalu salah karena saya selalu butuh kamu untuk berbagi cerita tentang hari-hari saya. Saya yang selalu salah karena berpikiran kamu juga butuh saya, saya yang selalu salah karena berpikiran kamu mau berbagi dengan saya karena kamu memiliki keinginan untuk berbagi dengan saya bukan karena suatu keharusan yang menekan kamu untuk berada di samping saya. Kamu dulu bilang kamu adalah orang yang mudah bosan dan mudah membuat orang lain menangis, yes you are. Kamu tidak pernah salah.

Yang salah itu selalu saya karena saya selalu berharap banyak dari kamu meskipun kamu mengatakan kamu akan susah menjadi teman yang baik. Saya selalu salah karena saya tidak pernah benar menebak mood kamu dan selalu menangis menyebalkan setiap berpisah dengan kamu karena saya tidak tahu kapan lagi saya mendapatkan banyak waktu berbagi cerita dengan kamu. Saya yang selalu salah, kamu yang selalu benar, kamu tidak pernah salah.

Kamu sudah bosan main dengan saya? Apa yang harus saya lakukan untuk membuat kamu lebih baik? Tidak bermain denganmu lagi?

Saya pernah baca di sebuah bacaan, don't make people a priority if they make you only an option. So, do you make me only an option? Well, Mungkin perkataan mereka benar dan saya salah, but If you make me only an option i should hate you, but i don't. I shouldn't care about you, but i do. Ini karena otak dan hati saya bilang kamu adalah teman saya. Seperti dialog di sebuah serial tv yang paling kamu suka : We're bestfriend allright? You don't have to tell me i'm yours, but the way i see it, we're a team.

Jujur saya memang tidak pernah tahu bestfriend itu memiliki makna seperti apa, yang saya tahu adalah saya mengenal kamu (dan saya harap saya benar-benar mengenal kamu), teman saya, teman yang membuat saya senang dan nyaman bahkan ketika kamu tidak bicara sekali pun. Saya tidak tahu bestfriend itu pernah menggurui satu sama lain atau tidak, but honestly i won't do that, you know me, Dear girl, yang saya tahu saya harus membuat teman saya (kamu) selalu merasa nyaman juga di samping saya bahkan ketika saya sedang malas bercerita apapun.

Saya penasaran bagaimana cara untuk membuatmu tidak bosan bermain dengan saya tanpa kata-kata, tanpa cerita. Kamu tahu, mungkin nanti akan ada masa ketika pertemanan ini menemukan titik jenuh sehingga nanti masing-masing dari kita tidak ingin bertemu satu sama lain dalam waktu yang cukup lama, saya tahu pasti masa-masa seperti itu akan ada karena saya telah menemukan berbagai macam orang yang melakukan hal itu kepada saya, tetapi sampai saat itu tiba di antara kita, tolong jangan bosan bermain dengan saya. Tolong. Saya mohon.


-----




By Dita Oktamaya

2 comments:

Sanchia Surya Janita said...

wah saya juga punya seorang teman yang selalu saya prioritaskan tapi sekarang jarang ketemu karna beda sekolah u,u

Dita Oktamaya said...

@nonasan : meskipun beda sekolah, semoga pertemanan kalian tidak pernah menemukan titik jenuh ya :)