Monday, September 3, 2012

Sibuk

Kamu yakin bisa meluangkan waktu untuk bertemu malam ini?
Yakin. Aku bisa meluangkan waktu, tetapi aku harus bertugas tiba-tiba, maaf.
Jadi malam ini kita tidak bisa bertemu?
Iya, maaf ya. Kamu ada waktu lain untuk bertemu?
Aku tidak tahu. Aku tidak mau menentukan, takut kamu sibuk dan ternyata tidak bisa bertemu lagi. Nikmati saja kesibukanmu, jaga kesehatan.


Aku menyudahi pesan singkat yang awalnya kukirim ragu padamu. Ya, sibuk. Kita selalu punya kesibukan masing-masing. Kesibukan yang tidak pernah sama. Dulu, ketika banyak aku bisa menghabiskan waktu bersamamu, kukira hanya aku yang bisa sibuk. Kesana-kemari melakukan berbagai macam hal hingga kamu pun menggelengkan kepala melihatku dikejar deadline ini-itu. Kamu yang dulu sering bertanya, meminta waktuku untuk dibagi. Kini, aku membaca pesanmu berulang kali, mulai menyadari meskipun ingin meluangkan waktu, manusia pasti selalu bisa kalah dengan kesibukannya. Selalu. Aku mengusap pelan dada sebelah kiri yang entah sejak kapan menjadi kebiasaanku saat hal yang kurang nyaman mengganggu perasaanku. Jauh hari sebelum kuinjakkan kaki di kota istimewa, kakakku pernah berpesan untuk selalu menjadi orang baik. Orang baik yang dapat mengatur perasaannya. Orang baik yang tidak mengganggu perasaan orang lain seburuk apapun perasaanku. Jadi kusimpulkan bahwa aku harus menjadi orang baik yang hidup dengan baik. Aku pun memesankan pesan itu padamu, untuk menjadi orang baik yang hidup dengan baik. Banyak cerita pernah kita bagi, tidak, bukan kita, tetapi aku. Kamu biasanya hanya mendengar, tersenyum, mengangguk, mengiyakan. Kamu yang selalu menurut perkataanku, meskipun sering aku bilang jangan. Kamu yang selalu berkata rindu ingin bertemu, tetapi tanpa daya menemukan waktu. Kamu yang tidak pernah terlibat dalam satu kesibukan yang sama denganku. Aku dengan kesibukanku dan kamu dengan kesibukanmu. Banyak kata yang sulit terucap hingga kamu tidak pernah tahu bahwa kamu adalah satu dari berbagai orang yang ingin kutemui ketika kesibukan mulai membuatku ingin menangis. Kamu adalah satu dari berbagai orang yang wajahnya ingin kulihat saat tanpa kira kudapati berita baik. Kamu adalah satu dari berbagai orang yang nomor kontaknya selalu ingin kukirimi pesan singkat untuk hanya sekedar sapaan selamat pagi. Semua itu tidak terucap. Tidak terucap karena kebodohanku dalam mengatakan apa yang ingin diungkap. Aku merindukanmu. Aku merindukan waktu yang kita habiskan bersama untuk bercerita, bertukar pikiran, dan tertawa. Sibuk itu selalu bisa merebut waktumu dariku. Tidak. Aku tidak pernah berani menyalahkan apapun atau siapapun. Seperti yang sering kukatakan, pada akhirnya manusia memiliki kesibukannya masing-masing. Aku hanya iri dengan orang yang banyak memiliki kesibukan yang sama denganmu. Iri dengan mereka yang memiliki waktu lebih banyak bersamamu. Iri ini juga tidak terucap. Rasa iri yang cukup untukku saja. Tidak apa. Jangan khawatir. Aku hanya sekedar iri, bukan iri yang berarti, hanya iri karena jauh dari yang aku bayangkan aku banyak merindukanmu. Seharusnya bisa dengan mudah rindu ini terselesaikan. Aku merindukanmu, kamu merindukanku. Penyelesaiannya hanya bertemu. Ya, seharusnya bisa sesederhana itu yang kemudian menjadi rumit karena sibuk terlalu pelit untuk memberi kita waktu untuk bertemu.


by Dita Oktamaya

No comments: