Sunday, September 23, 2012

Saya dan Hujan

Belakangan ini banyak hal yang saya pikirkan tentang Jogja. Ah, ya! Salah satunya adalah Jogja butuh hujan! Tolong Tuhan, cuaca Jogja makin hari makin panas dan gersang, saya bahkan selalu menyipitkan mata saya pada siang hari ketika matahari bersinar dengan titik paling teriknya. 

Sebenarnya beberapa hari yang lalu hujan sempat turun di Jogja, hanya sebentar, sangat sebentar sekali teramat sangat! Padahal saya sudah tersenyum sambil mengendarai motor menuju kampus, celana saya juga sebagian sudah basah karena hujan. Namun, ketika saya memarkirkan motor saya. Hujan berhenti bersamaan dengan berhentinya mesin motor saya di parkiran. Saya jadi manyun.

Ada cerita tentang saya dengan hujan, dulu ketika saya masih sekolah menengah atas di Jakarta, salah seorang teman pernah dengan murung menatap saya tanpa daya. Saya yang pada dasarnya suka sekali membuat orang tertawa tidak suka melihatnya seperti itu. Kemudian saya mencoba mencari lelucon agar dia tidak merasa bosan. 

"Hujan nih, lo enggak ngasih selamat ke gue?"

"Ngapain?"

"Gue kan ulang tahun setiap hujan turun."

"Nyahahaha. Kalau lo ulang tahun tiap hujan, gue ulang tahun tiap napas."

Begitulah, dia balik melontarkan lelucon kepada saya. Kami jadi bercerita panjang lebar dan akhirnya saya melihat semangatnya kembali lagi. Syukurlah, saya tidak suka melihat teman saya terduduk lemah atas alasan mengenai beberapa hal (kecuali jika mereka memang sedang lelah), saya mungkin hanya bertanya ada apa dengan mereka. Tidak, saya tidak berharap mereka menceritakan masalah yang dihadapi, saya hanya ingin menegaskan kalau-kalau mereka memang sedang memikirkan sesuatu yang membuat bibir mereka manyun, jadi saya ingin menawarkan tawa untuk mereka. Ya, setidaknya imajinasi saya yang terkadang orang bilang suka di luar akal sehat orang biasa bisa membuat mereka terhibur, setidaknya, saya harap seperti itu.

Saya suka sekali dengan hujan, saya bahkan bisa menatap hujan turun di depan jendela dalam waktu yang cukup lama. Melankolis? Tidak. Menatap hujan seperti itu membuat saya menjadi lebih tenang. Saya suka bau tanah yang terkena air hujan, baunya mendamaikan hati. Sejuk.

Ada satu cerita lagi tentang saya dan hujan. Ya, dulu ketika ada beberapa hal yang membuat saya tidak nyaman dengan lingkungan sekitar, saya sempat menangis di depan teman kesayangan saya. For your information, saya akui saya adalah orang dengan gengsi yang cukup tinggi. Jadi, jika saya tidak yakin dengan orang tersebut, saya tidak akan sembarangan mengeluarkan airmata saya karena saya merupakan orang yang berkeyakinan bahwa titik terlemah seseorang adalah ketika dia mengeluarkan airmata (dalam kondisi tertentu) dan saya bukan tipe orang yang dengan mudah mengumbar airmata atau lebih tepatnya kesedihan saya. 

Saya mengatakan pada teman saya, ketika saya menangis, hujan dapat sewaktu-waktu turun. Entah kebetulan atau memang langit yang ikut bersedih. Setiap saya menangis, langit seolah-olah merasakan kesedihan yang sama, hingga pada akhirnya menurunkan hujan (menangis). Ya, mungkin imajinasi saya yang agak berlebihan, tetapi itulah yang terjadi. Hingga teman saya pun akhirnya melarang saya menangis karena dia lupa membawa jas hujan ketika dia ingin pulang ke rumahnya. Kebetulan yang membingungkan? Ya, nama korea (haneul = langit) yang diberikan kepada saya, seolah-olah menyatu sekali dengan diri saya. Begitulah. Saya juga tidak terlalu mengerti mengapa bisa terjadi seperti itu.

Saya suka sekali hujan, meskipun terkadang ketika hujan turun banyak agenda atau janji yang tertunda atau bahkan batal begitu saja. Tidak apa. Saya tetap suka hujan. Hujan yang membasahi tanah, hujan yang memberikan aroma tanah menjadi lebih terasa sejuk. Hujan yang membuat saya tidak perlu berpikir seberapa rapinya saya karena sudah terlanjur terkena basah. Hujan yang membuat saya memakai payung (saya suka sekali memakai payung saat hujan). Saya suka hujan karena hujan bisa dengan sekejap memberikan istirahat yang terkadang tidak dapat diraih orang sibuk seperti beberapa teman kesayangan saya. Semoga mereka selalu sehat dan tidak marah ketika kesibukannya diganggu dengan turunnya hujan. Semoga saja. Saya harap seperti itu.


by Dita Oktamaya

No comments: