Monday, May 25, 2009

I Love You, Daddy!


Thanks God i have them!


Kalian lagi apa?


Pesan singkat itu masuk ke ponselku, rasanya baru saja kami menginjakkan kaki di tanah kota pelajar itu, tapi papa masih dengan ribuan perhatiannya tak henti memantau kegiatan kami.

Sendiri, itu yang dilakukan papa lima hari terakhir ini. Tanpa kami, anaknya. Tanpa mama, istrinya. Ribuan sapaan hangat dan deringan kecil dikirimnya untuk tetap berhubungan dengan kami meskipun melalui telepon seluler. Berlebihan? Kurasa begitu.


Lima hari itu kami memang pergi ke Yogyakarta, berniat untuk menemukan tempat tinggal baru untukku karena dua bulan lagi aku harus tingal di sana dan papa tidak ikut karena alasan pekerjaan yang membuat pusing. Akhirnya, kemarin malam kami tiba kembali ke Jakarta. Papa menjemput kami di bandara, seperti biasa. Dengan guyonan yang renyah dia menyambut kami, tidak terlihat dia kesepian, kurasa.

Makan malam pun terasa hangat, seperti biasa. Keluarga ini memang benar-benar menyenangkan. Papa banyak bercerita tentang hari-harinya tanpa kami, sendiri merana. Mencari makan seperti kembali menjadi bujangan.

"Sepi nggak ada kalian di sini." kami kompak tertawa.

"Diledekin tetangga ya, dipaksa kembali jadi bujangan?" mama menggodanya sambil tersenyum. Papa tertawa.

Tidak banyak waktu yang kami habiskan untuk berbicara panjang lebar karena kesibukan masing-masing anggota keluarga. Tetapi terkadang, jika papa mulai letih dan muak dengan kejadian-kejadian di luar sana yang mulai terkesan tanpa moral, papa menyuruh kami berkumpul. Bertukar pikiran, menanyakan pendapatku, kakak, dan mama. Kemudian dengan bijaksananya ia mulai berbicara mengenai kejadian-kejadian yang seharusnya ditangani dengan kembali dengan ayat-ayat suci Al Quran, kitab suci agama kami, islam.

Kemudian, kami berbincang tentang masa depan, tentang rencana kedepan, tentang khayalan-khayalan papa dan mama sejak dulu mengenai dua gadis kesayangannya yang masih dipertanyakan kelak menjadi apa. Tentang mimpi-mimpi mereka di hari tua yang semuanya masih dalam kerangka yang belum siap untuk dijadikan cerita.

"Jangan terlalu banyak bermimpi."

itulah yang sering dikatakan oleh kakakku setiap pertemuan keluarga kecil bahagia ini. Papa sering tertawa jika mendengar tegurannya, kakakku adalah orang yang paling realistis di keluarga kami, bukan takut bermimpi, dia hanya orang yang paling pertama sadar saat mimpi itu membuai kami dengan indahnya.

"Mimpi itu keinginan dalam rencana dan rencana yang diutarakan adalah doa."

itulah kata-kata papa setiap kali kakakku menengurnya, kami semua tersenyum.

"Tapi jangan tinggi-tinggi." jawab kakakku. Aku yang biasanya menjawab perkataannya.

"Kita mimpi untuk hidup, untuk tahu target apa yang selanjutnya ingin kita raih. Tidak apa-apa jika tinggi-tinggi, meskipun mungkin nanti jatuh, setidaknya kita pernah merasakan berada di atas. Siapa tahu, ketika kita jatuh dari atas, masih ada batang pohon dan kita tersangkut dalam mimpi yang lebih menyenangkan lagi." Aku mencolek lengannya. Dia tersenyum.

"Mimpilah untuk tetap hidup, bukan hidup untuk bermimpi." bisikku. Dia mencium pipiku gemas, mendengar perkataan yang sudah menjadi hak patenku.

Sering papa dan mama hanya tertawa mengamati kelakukan kami yang seperti itu. Dua gadis kesayangannya yang beranjak dewasa. Bertukar pikiran dengan caranya sendiri.

Papa membuka tas bawaan kami, tempat oleh-0leh yang akan diberikan untuknya sepulang kami dari Yogyakarta.

"Celananya kebesaran nih!" keluhnya. Kami kompak tertawa.

"Sendalnya kekecilan!" keluhnya menirukan anak kecil. Kami tertawa lagi.

"Udah kurusan ya? Kakinya juga lebih besar, udah tumbuh besar si papa." mama menggodanya. Papa tertawa.

Kemudian papa duduk di antara kami.

"Benar-benar sepi nggak ada kalian." ulang papa sekali lagi. "Padahal waktu ada kalian di rumah, kita nggak ngapa-ngapain juga." kami tertawa kembali. sungguh menyenangkan.

Papa kembali membicarakan tentang rencana-rencananya untuk menghadapi kepergianku ke Yogyakarta dua bulan lagi. Masih dengan guyonan yang khas darinya, kekonyolan dan kedewasaan atas kebijaksanaan papa dapat begitu sempurna di mataku.

Selesai mengutarakan rencana-rencananya, papa terdiam, kami semua terdiam.

"Yang penting, setelah dede lulus kuliah, kakak lulus kuliah, nanti. Dan kalian kerja. Kita harus berkumpul, nggak ada paksaan untuk kumpul meskipun itu harus, tapi papa tahu, hati kalian pasti akan kembali ke rumah di mana papa dan mama berada. Karena itulah keluarga. Dan itulah yang papa pikirkan selama sendirian di dalam rumah. Meskipun banyak makanan, ada kendaraan, dan uang. Selalu ada yang kurang saat papa sendiri di sini, kalian."


-----


NB : Dedicated to beloved Papa, i'll be back home. Semua perhatian yang setiap saat papa berikan, tidak lagi terasa berlebihan :)


By Dita Oktamaya

6 comments:

Curly_t@uRus said...

halo dita
ternyata kamu ke yogya tokh, pantesan setiap berkunjung ke blog mu belum ada postingan baru.

mmm gimana yogya?
malioboronya masih seru ga di malam hari?
wahh udah mau jadi anak kost kostan ya, take care,,jadi anak kost banyak godaannya, selain karena ga ada ortu yang biasanya larang ini larang itu, kadang kita jadi merasa "sok dewasa" dan merasa apa yang kita lakukan bener..

pandai pandai pilih teman dan pergaulan, biar kelak semua cuta cita dita n harapan ortu setidaknya tidak menyimpang jauh dari mimpi mimpi yang sempat hadir,,,

ok
ciaaaayoooo dita,,
met jadi mahasiswa ya
:)

Dita Oktamaya said...

to : kak maya
makasih ya kak, smoga Tuhan banyak memberi jalan yang paling mudah buatku..^6^

tanne said...

hai salam kenal.. :)

Unknown said...

Aduh Dita sayang, aqu jadi terharu bacanya...

Tetap jadi anak manis, selalu menjadi anak kebanggaan papa n mama ya.. n selalu ingat akan kebesaran dan kasih sayang-Nya. Karena ngga banyak anak yang seberuntung kamu.

Rahasia terbesar dalam hidup adalah melewati hidup dengan penuh makna tentang cinta, ilmu dan iman. Karena dengan cinta hidup menjadi indah,dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan iman hidup menjadi terarah.

Selamat berlibur dan menikmati hari-harimu dengan penuh makna. Amien..

love peacefull
mpo ERI

Dita Oktamaya said...

to tachan
yupp...salam kenal juga yaa..terima kasih sudah mampir..^6^

Dita Oktamaya said...

to mpo eri
makasih mpo, iya dita emang beruntung banget menjadi seperti ini, makasih supportnya yaaaa...^6^
muach..muachh...heheheh