Tuesday, April 10, 2012

Tidak Ada Pilihan Lain



Menjadi mahasiswa semester tanggung membuat saya banyak berpikir belakangan ini. Tidak, saya bukannya takut menyusun skripsi dan teman-temannya yang lain, ya meskipun hal itu tidak pernah luput di setiap doa saya untuk kemudahannnya, tapi bukan itu yang banyak saya pikirkan. Saya berpikir mengenai teman-teman yang akan saya tinggalkan dan kenangan besertanya di Jogjakarta (ah, saya jadi sedih).

Mungkin karena memikirkan hal itu jadi membuat saya berusaha dengan sekuat tenaga untuk sebisa mungkin meluangkan waktu untuk mereka, tetapi ketika saya berusaha sekuat tenaga melakukan itu, mereka sudah sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing.

Ya, saya akan merindukan masa-masa belajar bersama, menerjemahkan bersama (dengan teman satu jurusan saya), tertawa bersama, menghabiskan waktu menunggu kuliah berikutnya bersama, makan bersama, nonton bioskop bersama, kesulitan mengerjakan tugas bersama, keluar dengan wajah berantakan setelah ujian akhir bersama, saya benar-benar akan rindu masa-masa seperti itu. Saya yakin itu.

Saya tidak tahu apakah mereka merasakan hal yang sama dengan saya atau mungkin hanya saya saja yang terlalu banyak memikirkan hal yang masih jauh, ya bagi mereka semua ini masih jauh (mungkin), tetapi bagi saya ini semua sudah berada di depan mata.

Hal yang saya pikirkan adalah saya takut mereka berubah, berubah tidak mengenal saya, berubah menjadi jauh dengan jarak yang tidak terlihat ketika mereka sudah tidak bersama saya, saya takut kehilangan mereka yang selalu membuat hari-hari saya terasa nyaman di sini, di Jogjakarta.

Jangan berubah ya kalian, tolong, saya mohon. Dari dulu saya selalu berpikiran bahwa segala hal tidak akan terjadi dua kali dengan sama persis, jadi saya selalu berusaha untuk benar-benar merasakan apa yang saya lihat dan apa yang saya dengar, mungkin itu yang membuat kalian heran dengan ingatan saya yang tajam tentang cerita yang kalian ceritakan. Maka dari itu, saya mohon jangan berganti, jangan berubah, jangan menjadi berbeda dengan kalian yang seperti ini dengan kalian yang berada di beberapa tahun nanti, maksud saya berubahlah jadi lebih baik, itu hak kalian, tetapi jangan ubah kenyamanan ini menjadi ketidaknyamanan, saya menyukai kalian, saya senang berada di dekat kalian.

Pagi ini ada salah seorang teman menemani saya sarapan setelah selesai kuliah pagi, belakangan ini dia sibuk, saya bahkan jarang sekali bertemu dia setelah kuliah selesai, padahal biasanya kami memiliki tuesdays with us atau thursdays with us, ya itu sebutan untuk kami yang sengaja meluangkan waktu untuk sekedar pergi makan bersama dan berbagi obrolan kecil. Saya menceritakan tentang kekhawatiran saya setelah lulus nanti, inilah kurang lebih percakapan kami :

Saya : "Aku masih bingung, nanti setelah lulus mau apa."
Dia : "Aku juga bingung. Gimana ya?"
Saya : "Enggak tahu. Menurut kamu aku nanti balik Jakarta atau tetap tinggal di Jogja?"
Dia : "Kamu? Balik ke Jakarta kayaknya."
Saya : "Kenapa? Kok kepikiran itu?"
Dia : "Keluargamu kan di sana."
Saya : "Tapi nanti kita enggak ketemu?"
Dia : "Ketemu kok, kalau nanti kamu pulang."
Saya : "Pulang ke mana?"
Dia : "Jogja."

Saya jadi mempertanyakan makna pulang itu seperti apa, saya... entahlah mendengar itu saya jadi sedih, jadi merasa bingung harus berkata apa.

Pulang.

Saya suka Jakarta karena di sanalah keluarga saya, di sanalah kenangan masa kecil saya, di sanalah teman-teman dekat saya yang terdahulu. Namun, saya juga suka Jogja, jujur saya tidak tahu banyak tentang kota ini, saya tidak tahu banyak tentang arah mata angin yang sering orang Jogja gunakan saat memberi petunjuk, saya tidak tahu banyak tentang nama-nama jalan di Jogja. Yang saya tahu hanya teman-teman yang tidak ingin saya tinggalkan begitu saja, yang saya tahu pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan dengan perjuangan yang membuat saya kadang jatuh sakit karena kelelahan.

Saya suka Jogja karena di sinilah saya bertemu dengan teman-teman yang membuat saya nyaman setiap hari, di sinilah banyak kenangan terbentuk, di sinilah saya mulai mengerti cara untuk bertahan hidup sendirian.

Saya jadi ingat salah satu teman saya yang sudah lulus dari program diploma 3 nya, semalam tiba-tiba mengirim pesan singkat kepada saya :

"What are you doing now? Pokoknya enggak usah segan-segan kalau mau pergi, bilang gue ya. Jangan ngerasa sendiri, kalau gue bisa, pasti gue temenin."

Jujur, membaca itu saya menangis. Menangis sejadi-jadinya. Sedih, entah karena apa. Mungkin karena waktu yang terlalu cepat berjalan atau karena waktu yang pelit karena memberi kami hanya sedikit kesempatan untuk menyadari kenyamanan yang sebenarnya sudah sejak dulu ada. Setelah lulus dia akan bekerja di luar Jogja (mungkin) atau melanjutkan program S1 entah dimana.

Pada akhirnya manusia akan memiliki kesibukan dan kehidupannya masing-masing, ya memang. Saya harus mau menerima semuanya. Harus. Tidak ada pilihan lain.


-----


NB : Dedicated to all of my dear friends in Jogja, semester akhir sudah menanti di depan mata, nanti kita akan selalu kalah dengan hal yang membuat kita tiba-tiba menjadi orang tersibuk di dunia. Saya tahu ini berat, sangat berat, tetapi kita harus berjuang untuk apa yang selama ini kita jalani dan pertahankan. Kalian harus selalu ingat, menjadi lebih baik adalah hak semua orang, maka jadilah orang yang (jauh) lebih baik. Sehat terus ya kalian, saya ingin nantinya ketika saya tidak sibuk, kalian tidak sibuk, kita sama-sama tidak sibuk, saya bisa bertemu dengan kalian lagi dengan senyum yang masih hangat, senyum yang membuat saya selalu senang berada di dekat kalian.


---pic : http://3.bp.blogspot.com/


By Dita Oktamaya

No comments: