Aku menatap sosok tubuh mungil di foto berbingkai itu pada dinding kamar tidurku. Ia tersenyum, hingga beranjak dewasa sekarang ini pun, sosok itu masih suka untuk dipotret atau hanya sekedar mematut diri di depan cermin.
Hubungan kami memang sangat dekat, saat ini pun sanak saudara selalu mengerutkan dahinya bila menyadari kedekatan kami yang tidak dapat ditebak sebelumnya. Aku dan dia adalah dua gadis bersaudara, Dulu kami adalah dua individu yang berbeda yang sengaja disamakan karena mama menginginkan anak kembar meskipun jarak umur kami berbeda tiga tahun.
Kebiasaan mama menyamakan kebutuhan kami, mulai sepatu, baju dan aksesoris anak perempuan lainnya membuat kami iri satu sama lain jika salah satu dari kami dibelikan sesuatu yang lebih bagus atau berbeda. Tak jarang kami pun memaki dan menjambak satu sama lain, menangis iri layaknya anak kecil. Biasanya aku lah yang selalu menjadi pemenang, karena tubuhku lebih besar dan kuat mekipun aku lebih muda darinya, tetapi aku juga lah yang lebih sering menangis karena ulahnya yang sangat suka menjahiliku. Seiring berjalannya waktu, kami pun menyadari bahwa kami adalah individu yang memang benar-benar berbeda. Kini aku menemukan apa yang menjadi kesukaanku, begitu pun dirinya.
Dan kini kecerdasannya pun membawanya untuk menuntut ilmu lebih banyak lagi di universitas negeri terkemuka di
Setiap akhir pekan ia kembali ke rumah. Meskipun begitu, di hari-hari sebelumnya tanpa kehadirannya di rumah terasa hampa bagiku. Pertengkaran kami saat masih kecil dulu berubah seiring beranjak dewasanya kami berdua, tatapan iri untuk dapat memiliki sesuatu yang lebih bagus, mengubah kami untuk saling memberi yang terbaik satu sama lain. Makian dan jambakan yang sering kami lakukan dulu, kini pun berubah menjadi kecupan dan pelukan kasih sayang penyalur kerinduan selama beberapa hari tak bertemu. Semua hal yang terjadi di antara persaudaraan yang sederhana ini merupakan kedekatan yang berarti bagiku.
Terpisah darinya membuatku lebih sering terdiam di kamar, mengerjakan tugas sekolah atau sekedar menghabiskan waktu mendengarkan musik dan menenggelamkan diri dalam bacaan yang mengantarkanku ke dalam fantasi khayal yang menyenangkan.
Rindu itu menyakitkan?
Begitulah, sering aku menatap foto berbingkai itu, sosok kecil yang dulu dengan giat memaki, manjambak rambutku dan menjahiliku hingga menangis tersedu-sedu, kini berada ribuan mill jauhnya dariku, meskipun hanya untuk beberapa saat. Mungkin inilah proses pendewasaanku, seperti katanya dulu, menjadi mandiri tanpa bergantung pada orang lain dan kini aku mengerti maksudnya.
Tapi tetap saja, ketidakhadirannya membuatku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat amarah menyelimuti diri ini ketika mendapat perlakuan yang tidak adil dari teman-temanku, aku tidak tahu apa yang dapat aku lakukan saat menyadari kebodohan apa yang membuatku hingga tidak mengerti pekerjaan rumahku, aku merindukannya bahkan hanya untuk sedikit mendapat cubitan sayang darinya.
Kerinduanku padanya membuatku selalu mencari tahu apa yang sering dilakukannya di
---------------
dedicated to my beloved elder sister, success for you, dear!
story by Dita Oktamaya
6 comments:
Udah naluri kakak-beradik kali ya, ketika bertemu selalu ada rasa iri, ego, dan aroma persaingan merebut perhatian ortu, tapi begitu dipisahkan, akan saling merindu. Lumrah. btw Dita adik yg manis...:)
hahah..memang seperti itu mas, naluri alam sekali...^^
waaahhhh...adik yang manis???saya harap begitu mas...^^
met mualem, kunjungan first time
nice blog u have
kamu disini berperan sebagai kakak or adik? :)
sukses yah buat kakaknya :)
wah ngiri... aku sama kakak perempuanku gak sedeket itu, soalnya umurnya jauuuuuh lebih tua!
haha
to : The Chakiman
terima kasih yaa..^6^
saya disini berperan sebagai adik, maklum anak paling muda belum tau apa2 jadi hanya bisa buat yang seperti ini...^6^
to : ikeys
nanti saya sampaikan, terima kasih yaaa..^^
to : enno
hahahaha...tapi namanya cewe pasti ada aja yang dibicarakan kan mbak..^^
eh, emg mbak enno berapa bersodara, ku kira mbak enno anak paling tua...hehehe....^6^
Post a Comment