Bukannya mengeluh, tapi hanya sekedar mengingatkan. Semua yang saya lakukan ini adalah murni untuk masa depan saya.
Well, mungkin ini hanya sekedar menenangkan diri saya sendiri atas kelelahan yang saya jalani di awal tahun 2009 ini.
"Ikhlas ga sih lo, Dit?"
hmmm... entahlah, saya juga tidak tahu. Ikhlas. Kata itu sepertinya belum masuk dalam daftar pelajaran hidup saya yang sukses mendapatkan jawaban atas pikiran saya sendiri, susah!
Jika ditanya seperti itu jawaban saya adalah :
"Mau gimana lagi? Tinggal 5 bulan ini capeknya!"
dan banyak orang sukses mengerutkan dahinya saat mendengar jawaban saya, seolah berkata :
"Hello cewek dungu! 5 bulan itu ya masih lama kali, kecapekan baru tahu rasa lo!"
dan saya hanya mengangkat bahu seolah menunjukkan ketidakpedulian saya terhadap kelelahan yang saya terima. Tapi kalau boleh jujur, saya benar-benar lelah. Lelah sekali! Semua kesibukan ini dan rutinitas yang sangat padat membuat saya lelah, sangat lelah atau istilah inggris yang keren
exhausted (kalau tidak salah ;p).
Saya capek! dengan rutinitas yang itu-itu saja, bertemu dengan buku-buku pelajaran yang saya bawa (atau lebih tepatnya HARUS dibawa!) yang membuat saya tidak pernah bisa lebih tinggi atau hanya sekedar mendapatkan tinggi standar dari kebanyakan cewek seumuran saya (ok, mungkin salah satunya faktor keturunan).
"Yakin lo?"
Pertanyaan konyol itu sering kali menggelitik pikiran saya. Yakin? Yakin lah, kalau tidak untuk apa saya melakukan ini semua? Rela dengan segudang pelajaran setiap harinya, rela lelah membawa tas yang membuat tubuh saya lebih pendek dan bungkuk karena menopang beratnya, rela bangun lebih pagi karena kebijakan pemerintah yang kelewat 'bijak' hingga tidak memikirkan dampak konsentrasi otak pelajar yang mengantuk. Kalau hanya menjawab yakin, tentu saja saya dengan tegas menjawab yakin, tapi untuk ikhlas, mungkin untuk lebih tepatnya saya akan menjawab, sabar. Meskipun kadang satu kata itu membuat saya kesal karena tidak pernah menyelesaikan masalah.
"Sabar aja ya!"
Perlu diingat, untuk orang-orang yang memiliki masalah dan berbagi cerita dengan seseorang dan mereka hanya menjawab seperti kata-kata yang di atas, segera berhentilah bercerita, karena mereka tidak pernah tahu apa yang kalian rasakan (atau mungkin memang tidak bersedia untuk tahu dan mendengar curahan hati kalian). Pikir kembali, sepertinya, diam itu emas terbukti bukan? ;p
Jadi untuk para
listener, jika tidak memiliki kata-kata yang cocok untuk menenangkan orang lain, hindari kata-kata itu. Diam, tersenyum dan mungkin pelukan tulus seorang sahabat itu lebih baik daripada hanya sekedar kata 'sabar' (karena sabar tidak untuk dikatakan).
Hello, kalo gue nggak sabar gue bukan curhat lagi sama lo, tapi bunuh diri di depan lo!Well, kembali ke topik awal...
Tugas dari pelajaran yang sebenarnya 'tidak penting', apa itu harus? Tergantung, jika harus dalam arti kata untuk dipelajari, haruskah? Malah tambah beban, tambah jam pelajaran, tambah menghabiskan waktu yang seharusnya dilakukan untuk mempelajari pelajaran yang memang 'penting'.
Tapi jika harus dalam arti kata untuk menambah pengetahuan,
of course! pasti! Untuk apa sekolah menyediakan pelajaran itu jika tidak untuk menambah pengetahuan? ;p
Oh ya, pernah saya mengatakan sejauh mana saya belajar formal di sekolah? Ok, jika belum saya akan mulai dari awal (lagi)...
Saya berumur 17 tahun, dengan begitu semua orang pasti dapat menerka-nerka sudah di bagian mana saya belajar di sekolah. Saya terdaftar dan masih belajar sebagai seorang siswi di salah satu SMA negri di Jakarta Selatan, SMA negri yang paling doyan bertengkar dengan pihak sekolah lain (baca : murid-murid yang bandel kayak ketombe). Saya duduk di kelas 12 (dulu sebutannya kelas 3, tapi karena perubahan yang berkesinambungan terjadi dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, maka kelas 3 = kelas 12). Saya mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (baca : IPS) karena penat dengan rumus dan angka, jurusan yang mendapat pandangan sebelah mata dari semua orang yang mendengarnya.
"Lo anak IPS? Enak dong, bisa santai!"
Santai?
sekali lagi, santai?? (tanda tanyanya dua)
kurang puas, SANTAI??? (kali ini hurufnya besar semua dan tanda tanyanya tiga)
hahaha...pernyataan bodoh!
Sungguh bodoh orang-orang yang mengatakan bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan SANTAI!
untuk ukuran manusia yang memandang dan mencintai ilmu sosial, bagi saya, IPS tidak pernah terasa santai, mengapa? Karena itulah belajar, saya berdiri di sini untuk belajar bung!
ilmu pengetahuan sosial, bukan ilmu pengetahuan santai!
Jika benar ilmu pengetahuan sosial itu santai, mengapa banyak orang yang mengambilnya saat beranjak ke dunia perkuliahan? Mengapa banyak orang berusaha mati-matian untuk mendapatkan jurusan itu? Mengapa ribuan atau bahkan jutaan orang di Indonesia mencari pekerjaan dalam bidang itu? bukankah jika sudah berhubungan dengan masa depan dan pekerjaan, sesuatu hal tidak pernah dapat dikatakan santai? Lihat masalah dari sisi yang berbeda,
dude! Di dunia ini tidak pernah ada hal yang santai kecuali jika kalian sedang berSANTAI. Terdengar saya marah, kah? Mungkin, saya suka berapi-api sendiri jika membicarakan hal yang terdengar munafik untuk semua orang tetapi tetap menginginkannya juga (bagi yang merasa
, sorry to say!)
Well, mungkinkah ini kesalahan struktur pendidikan di Indonesia yang membuat pembagian kelas seperti itu? Entahlah... saya tidak pernah tahu karena memang, seorang pelajar di Indonesia sepertinya tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih sesuatu yang dia inginkan untuk dipelajari lebih spesifik, lebih mendalam, lebih khusus, lebih spesial, dan mungkin karena faktor itu lah, MUNGKIN tidak pernah ada pelajar Indonesia yang merasa spesial menjadi seorang pelajar (silakan tanya yang lain ;p). Jika ditelusuri lebih lanjut tentang pentingnya 'spesial' sebagai pelajar yang kelak jadi penerus bangsa Indonesia ini, sayang sekali jika memang begitu adanya, bukan?
Baiklah, lanjut lagi...
saya sekarang tengah disibukkan dengan berbagai kegiatan untuk menghadapi Ujian Nasional, Ujian Sekolah, dan Ujian Praktek (Untuk lebih spesifiknya, saya akan menulisnya di postingan berikutnya) serta Ujian Tes Masuk Universitas. Jika diperbolehkan membuat rute perjalanan saya dalam sehari :
RUMAH -> SEKOLAH -> RUMAH -> TEMPAT LES
saya memang berada di rumah untuk dua kali, tapi tidak pernah lebih dari 20 jam!
Seperti yang sudah saya bilang di awal, ini melelahkan! Sungguh! Tapi apa boleh buat? Lebih baik lelah sekarang daripada tidak memiliki masa depan, bukan?
Well, saya rasa sudah cukup untuk hari ini. Jujur, masih banyak hal yang saya ingin
sharing dengan kalian, tapi sepertinya punggung saya telah merubah saya menjadi nenek-nenek yang tidak tahan untuk berlama-lama duduk, saya harus berbaring, harus relax. Terima kasih untuk waktunya, senang dapat berbagi cerita dengan kalian, see ya!
-----
NB : Besok saya akan memulai seminar tentang tes universitas dan intensif belajar masuk universitas negri yang saya inginkan, doakan saya!
--pic : google.com
by Dita Oktamaya