Monday, January 16, 2012

#Teruntuk Hujan

Teruntuk hujan,
langit adalah teman yang baik
Namun, kamu tidak bisa selamanya terus-menerus menguras energinya untuk mengeluarkanmu
langit tidak punya sabar, langit hanya membuatmu nyaman untuk membuatmu turun terus hingga kamu bosan


By Dita Oktamaya

#Teruntuk Langit

Teruntuk langit,
sering kali kamu menangis belakangan ini
ada apa?
apa ada yang menyakitimu?

By Dita Oktamaya

Sunday, January 15, 2012

Mereka Itu Seperti Uang


Bagaimana dengan akhir pekan kalian? Apakah menyenangkan?

Jika kalian bertanya kepada saya, saya akan menjawab, entahlah. Ah, maaf bukan karena saya tidak ingin menjawab pertanyaan seperti itu, tetapi karena saya memang benar-benar tidak tahu harus menjawab seperti apa :(

Pagi ini saya disibukkan dengan rapat kepengurusan tim inti KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang akan diselenggarakan mulai tanggal 09 Juli 2012 sampai 15 Agustus 2012 nanti. Mungkin kalian berpikir, oh masih lama, lama sekali karena saat ini masih awal tahun, tetapi saya harus melakukan rapat ini dan rapat itu karena saya dan teman-teman saya (kami) berinisiatif membuat proposal untuk pengajuan ke sebuah desa tertentu dengan program kerja yang kami buat sendiri, jadi intinya kami bekerja dengan apa yang menjadi pemikiran kami dan jerih payah kami, kami berusaha sendiri, jadi doakan kami agar semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja :)

Mungkin kalian bingung KKN seperti apa yang kami lakukan. Tidak. Tidak. Tidak seperti yang orang lain pikirkan, bukan KKN di sebuah kantor seperti yang dilakukan orang-orang di Jakarta sana, tidak.

KKN di sini maksudnya adalah kami (mahasiswa dan mahasiswi) dituntut untuk terjun langsung ke lapangan. Lapangan kerja? Tidak. Bukan. Lapangan masyarakat. Kami dituntut untuk berinteraksi dengan masyarakat dan mengembangkan desa yang dihuni oleh masyarakat tersebut.

Oh, mungkin kalian berpikir apa manfaat yang akan diterima oleh kami?

Sejujurnya saya masih belum tahu, tetapi sejauh pengamatan saya, manfaat yang akan kami terima adalah (yang paling pasti) sertifikat sebagai salah satu syarat wisuda kelulusan, nilai (semoga dapat nilai A), lalu? Hmm... Pelajaran hidup.

Ah, jika bukan karena KKN ini, saya tidak akan sadar bahwa sebenarnya saya tidak memiliki keterampilan apa-apa. Begitulah, di KKN kalian dituntut untuk 'mengajarkan' sesuatu yang baru kepada masyarakat setempat. Ya, sesuatu. dan hingga saat ini pun saya bingung apa yang seharusnya (dan lebih baik) saya ajarkan, karena memikirkan hal itu lah saya menjadi sadar bahwa sebenarnya keterampilan yang saya miliki adalah nihil.

Tetapi saya tidak akan menyerah. Tidak. Tidak akan. Saya akan mencari tahu sesuatu yang baru, mempelajarinya, dan mengajarkan kembali kepada masyarakat. Karena waktu KKN masih (sedikit) lama, jadi saya harap saya bisa mencari tahu sesuatu yang baru yang bisa diajarkan kepada masyarakat.

Kalian tahu? Memikirkan KKN dan segala hal yang berkaitan dengan KKN itu sering kali membuat saya mual dan (terkadang) susah makan.

Alasannya? Saya merasa (sedikit) kurang nyaman. Saya tahu ini adalah awal di mana kehidupan bermula, turun langsung berinteraksi dengan masyarakat luas. Itulah hidup yang sebenarnya, tetapi memikirkan hal itu pun saya tidak berani, saya cemas.

Coba bayangkan, tinggal di suatu tempat yang asing selama 5minggu lebih dan kalian tidak mengerti apa-apa tentang bahasa ibu penduduk setempat, dan kalian tidak tahu apakah kalian akan cocok dengan kebersihan dan budaya di sana. Bagi saya itu merupakan kecemasan tersendiri, jika kalian bertanya apakah saya takut? Saya akan bertanya kembali kepada kalian, apakah kalian tidak takut?

5minggu memang bukan waktu yang lama, tetapi juga bukan waktu yang sebentar.

Adaptasi.

Ah, semua orang bisa melakukannya, termasuk saya. Pasti. Namun, tetap saja saya cemas. Terkadang segala hal bisa berada di luar pemikiran seseorang kan? Baik itu hal yang postif atau negatif dan saya cemas untuk itu. Cemas untuk meninggalkan zona nyaman saya. Cemas sekali.

Tetapi kalian tahu apa yang membuat saya menurunkan sedikit kadar kecemasan saya terhadap KKN ini?

Tepat sekali.

Teman-teman saya.

Tim saya.

Ah, mereka itu, apa ya, mereka itu seperti uang.

Aneh ya?

Ya, Tim saya itu ibarat uang bagi orang-orang yang (agak) kurang suka dengan pekerjaannya. Orang-orang itu tetap bertahan dan tidak menyerah karena mereka butuh uang dan karena mereka suka uang.

Dan saya?

Saya seperti orang-orang itu, saya tidak suka memikirkan segala sesuatu mengenai KKN (diibaratkan dengan pekerjaan), tetapi saya suka tim saya (diibaratkan dengan uang).

Saya suka mereka.

Saya suka cara mereka bercerita. Saya suka cara mereka bercanda. Saya suka pengetahuan baru saya yang timbul akibat mereka. Saya suka kenyamanan yang mereka ciptakan meskipun terkadang mereka suka menyebalkan dan menyeramkan setiap kali perdebatan muncul di antara mereka. Saya suka mereka. Mereka orang-orang baik yang selalu sanggup bekerja keras, berpikir keras, tetapi masih ingat untuk bermain dan tertawa keras.

Mereka itu seperti uang.

Ah, tidak, mereka lebih berharga dari uang.

Dan saya harap proposal yang diajukan ini dapat tembus dan diterima oleh universitas saya, sehingga tim kami tidak dibubarkan, saya suka tim ini. Saya suka jika harus bekerja dengan tim ini, dengan teman-teman baru saya ini. Saya suka uang (tim saya) yang seperti ini.

Ah, kalian mungkin tidak tahu. Tidak. Tidak. Saya yakin kalian pasti tahu, jika memikirkan hal tentang saya yang akan bekerja (KKN) bersama tim seperti mereka, dibandingkan rasa suka saya terhadap tim saya ini, rasa cemas saya tidak ada apa-apanya.



---pic : google.com



-----


NB : Dedicated to Tim KKN (Ksatria Bledug Semeru : AMRETA BRATA WIRA BHAKTI 63) nama tim ini selalu bagus, tetapi saya terkadang (lebih) suka dengan canda renyah kita dengan menyebut tim ini adalah Laskar Grudag Grudug. Hehe. Semangat terus ya, teman-teman. Saya tidak ingin bekerja terpisah dari kalian, jadi kita harus semangat menyelesaikan proposal ini agar tim kita tidak bubar :)






By Dita Oktamaya

Wednesday, January 11, 2012

Tempat Itu Milik Teman Kesayangan Saya


Kalian pernah merasa tempat yang seharusnya diisi oleh teman yang sangat berharga bagi kalian ditempati oleh orang lain?

Apa kalian pernah mengalaminya?

Ah, jika saya bisa mengatakan tempat itu bukan tempat orang baru itu, melainkan tempat teman kesayangan saya, pasti akan saya lakukan.

Namun, sepertinya memang tidak akan mungkin saya lakukan. Karena itu hanya sebatas keinginan saya.

kenyataannya?

Tempat itu sudah memiliki pemilik yang baru dan pemiliknya bukan teman kesayangan saya lagi, melainkan teman baru saya.

Selamat datang, teman baru :)

Saya tidak mungkin menyuruhmu pergi karena saya yakin kamu sama baiknya dengan teman-teman lain, yang membuatmu berbeda darinya adalah dia lebih dulu hadir dalam hidup saya dan dialah orang yang lebih dulu menjadi teman kesayangan saya.

Sulit bagi saya untuk mengakui tempat itu milikmu, tetapi sekarang tempat itu milikmu, jadi pergunakan sampai akhir ya. Kita berjuang sampai akhir dan kita buat kenangan yang banyak di sini.

Jangan pergi dengan tiba-tiba karena saya tidak suka dengan segala sesuatu yang tiba-tiba, apalagi semua itu adalah perpisahan.

Dan maaf, saya benar-benar minta maaf, meskipun tempat itu adalah milikmu sekarang, sulit bagi saya untuk menyadari bahwa pemilik yang lama telah pergi.




---pic : google.com



By Dita Oktamaya

Monday, January 9, 2012

Bukan Rindu, tetapi Kangen

Hal pertama apa yang kalian pikirkan pagi ini?

Jika kalian bertanya kepada saya, seharusnya saya dapat menjawab dengan sangat gamblang bahwa yang saya pikirkan pertama kali pada pagi ini adalah ujian akhir Hanca (Kanji Korea), tetapi kenyataannya tidak.

Yang saya pikirkan pertama kali ketika saya membuka mata dari tidur saya adalah Mama saya.

Saya kangen mama :'(

Ah, saya tidak tahu. Mungkin banyak orang yang mengatakan mereka juga merindukan mama mereka, tetapi saya, entahlah, rasanya beda. Mungkin jika orang lain akan mengatakan bahwa mereka akan pergi menemui mama mereka yang mereka rindukan dan memeluk mereka, semua masalah terselesaikan, tetapi tidak untuk saya.

Oh, tidak.

Bagi saya kata rindu dan kangen itu berbeda makna.

Ketika saya merindukan seseorang saya akan benar-benar mengatakan rindu, tetapi jika kangen, ah, rasanya ada sesuatu yang hendak keluar dari dalam hati dan pikiran saya, rasanya seperti... entahlah, mungkin dengan mengatakan kata rindu dan bertemu orang yang dirindukan itu semua sudah terasa lebih dari cukup, segala kerinduan telah terobati, tetapi tidak dengan kangen.

Kangen itu ya kangen. Hanya satu kata, kalian tidak bisa mengubah kata itu menjadi mengangenkan (aneh,kan?) tapi kalian bisa mengganti kata rindu menjadi merindukan. Di situ istimewanya.

Kangen itu menurut saya seperti... (mungkin) sebentar lagi saya akan menjadi gila jika saya tidak bisa bertemu dengan orang yang menjadi target kangen saya. Rasanya seperti saya harus melihat orang tersebut, entahlah pikiran saya mengatakan bahwa saya baik-baik saja jika tidak melihat target kangen saya, tetapi perilaku saya akan menjadi aneh dan tidak biasa.

Saya akan menjadi orang yang suka menjatuhkan banyak barang tanpa sengaja, saya akan menjadi susah fokus dan terbengong seharian, saya akan berjalan gamang (tidak tentu arah, tidak merespon sekeliling), saya bisa tiba-tiba terdiam di tengah pembicaraan.

Cara menyembuhkannya? Ah, tentu saja tidak semudah mengobati rasa rindu. Hanya bertemu dan mengatakan bahwa rindu dan memeluk orang yang dirindukan atau jika berada jauh menelepon dan mendengar suaranya untuk mengobati rasa rindu. Itu semua tidak cukup.

Jika saya merasa kangen, saya merasa harus melihat orang itu, jika sudah melihat orang itu? Ya sudah, biarkan saja, yang penting saya sudah melihat orang itu dan orang itu baik-baik saja.

Hanya itu? Tidak.

Saya harus melihat orang itu selama beberapa hari ke depan untuk mengobati rasa kangen yang saya rasakan. Jika saya tahu saya tidak akan melihat orang itu selama beberapa hari ke depan, rasanya ada sesuatu yang ditarik paksa dalam hati saya, berlebihan ya? Memang. Namun, itulah yang saya rasakan. maka dari itu jika saya memang kangen dengan seseorang terkadang saya susah mengatakan apa yang saya rasakan (terutama rasa bahwa saya kangen), hanya menatap orang itu dan hanya bisa mengatakan dalam hati,

"Ah meskipun sekarang aku sedang melihamu, tetap saja aku kangen kamu."

Ya, semua karena saya merasa kangen. Apa kalian pernah merasakan hal seperti itu?



By Dita Oktamaya

Friday, January 6, 2012

Ah, Teman...

Ah, Teman...
sudah berapa banyak langkah yang kita tempuh bersama?
Jangan katakan kosong karena aku tidak akan percaya

Boleh aku lihat daftar milikmu?

1. Menemaniku saat aku sedih
2. Menemaniku saat aku senang
3. Meneleponku ketika jarak memisahkan
4. Mengirim pesan singkat ketika tiba-tiba kamu jadi pengangguran

Ah, Teman...
apa hanya ini daftar yang kamu punya?

Oh tunggu sebentar, Teman...

Ini daftar milikku, bisa kita baca bersama?
Maaf tulisanku tidak seindah guru Bahasa Indonesia

Ah, Teman...
melihat daftarku kenapa membuatmu menangis?
Apa aku harus memasukannya ke dalam daftar saat melihatmu menangis?

Oh tunggu sebentar, Teman...

Nah, sekarang sudah bisa kamu baca semuanya

1. Menangis dalam hati saat melihatmu menangis
2. Tersenyum senang ketika kamu bahagia
3. Memikirkan cara menjaga kenyamananmu ketika mengenalkan teman-teman baru kepadamu
4. Mengirim pesan singkat dan meneleponmu kapan saja
5. Menjadi temanmu sampai kita tua
6. Ah, apa aku harus menghapus semua daftar ini karena membuatmu menangis?

Jangan tanya kepadaku mengapa aku menangis dalam hati ketika melihatmu menangis, Teman...

Ini rasanya seperti, harus menempuh ribuan kilometer memenangkan marathon, rasanya lelah sekali melhatmu menangis

Jangan tanya kepadaku mengapa aku tersenyum senang saat melihatmu bahagia, Teman...

Ini rasanya seperti, lulus ujian, rasanya lega teramat sangat hingga aku bingung harus menangis senang atau tertawa sepanjang hari

Jangan tanya kepadaku mengapa aku ingin menjaga kenyamananmu ketika mengenalkan teman-teman baru kepadamu, Teman...

Ini rasanya seperti, bertahan di udara dingin pada musim dingin di Korea, rasanya tidak terbiasa dan sulit hingga rasanya aku telah membeku di dalam

Jangan tanya kepadaku mengapa aku terus mengirim pesan singkat atau meneleponmu kapan saja, Teman...

Ini rasanya seperti, orang Indonesia yang tidak makan nasi, rasanya aneh jika aku tidak melakukan itu sekali saja, seperti ada yang hilang

Jangan tanya kepadaku mengapa aku akan menjadi temanmu sampai kita berdua tua nanti, Teman...

Ini rasanya seperti, menunggu tanaman yang dirawat dan terus tumbuh, kamu tahu perubahan akan terjadi, tapi hatimu senang karena kamu terus berada di sampingnya meskipun kesibukan dalam kehidupanmu sebenarnya tetap tidak bisa dihindarkan

jangan tanya kepadaku mengapa aku berpikiran untuk menghapus daftar ini karena telah membuatmu menangis, Teman...

Ini rasanya seperti, menghitung jumlah totol pada Jerapah yang sangat kau sukai, kau tahu Jerapah punya totol tetapi kau tidak tahu apakah setiap jerapah memiliki totol yang sama, kau tahu aku senang menjadi temanmu, tetapi melihatmu menangis adalah sebuah pantangan untukku, apalagi jika itu dikarenakan olehku

Ah, Teman...
sudah jangan manangis lagi, tuk!

Baiklah aku tidak akan menghapus daftar ini, tetapi kamu harus janji untuk menambah satu daftar untukku

Oh, kamu bertanya apa?

Sederhana saja, ingat keberadaanku di setiap cerita kehidupanmu


Poem by Dita Oktamaya