Tuesday, December 27, 2011

Count On Me



-----
If you ever find yourself stuck in the middle of the sea,
I'll sail the world to find you
If you ever find yourself lost in the dark and you can't see,
I'll be the light to guide you
-----


Ah, hari ini saya bingung harus berbuat apa, kenapa?

Seandainya saya tahu bagaimana menjawabnya. Hari ini kuliah terjemahan, sedikit bosan, tapi saya suka menerjemahkan : )

Ah, atau saya bilang bahwa saya bingung mengenai hari kemarin?

Begini. 2 hari yang lalu adalah hari libur dan hari itu saya habiskan untuk belajar karena mengetahui kemarin akan ada kuis hanca (kanji dalam bahasa korea) dan kalian tahu? Kelas hanca ditiadakan =.="

Ok, mungkin ini salah saya karena terlalu menekan tenaga saya pada satu hari sebelum ujian atau kuis berlangsung. Ah tidak juga, hanca memang susah, jadi berapa kali pun saya belajar, jika satu hari sebelumnya saya tidak belajar, saya akan dengan mudah lupa tentang hanca. Ya meskipun begitu hanca selalu menarik untuk saya. Oh, Sudahlah.

Oh iya, apa saya sudah menceritakan tentang saya yang diterima bekerja sebagai humas fakultas saya? Ya, saya diterima bekerja di sana. Hanya kerja paruh waktu, sama sekali tidak mengganggu kuliah saya. Jika kalian bertanya apa yang saya kerjaan di sana? Saya mungkin akan banyak berpikir, oh mungkin saya tidak berbuat apa-apa karena pekerjaan yang sesungguhnya dilakukan adalah ketika ada kunjungan tamu-tamu yang berlangsung di fakultas saya.

Jika kalian bertanya juga apakah manfaat saya bekerja di sana? Saya akan menjawab, banyak. Ah, ya, saya baru sadar, banyak sekali yang saya dapatkan di sana. Saya jadi lebih banyak mengenal orang-orang yang bekerja di kampus saya sendiri, saya jadi tahu seperti apa cara yang baik berinteraksi dengan orang lain, saya jadi tahu setiap informasi yang ada di kampus saya, saya jadi memiliki honor yang meskipun katanya dibayarkan setiap 6 bulan (karena waktunya ditepatkan dengan bayaran kuliah) dan yang paling penting saya bisa bertemu dan mengenal teman saya yang bernama Damar.

Jangan salah sangka, Damar adalah seorang gadis. Ya, awalnya saya juga bingung apakah dia gadis atau bukan (karena nama itu jarang digunakan untuk nama seorang gadis, kan?). Nama panjangnya Damar Rakhmayastri. Oh, setelah melihat nama panjangnya saya jadi tahu kalau dia adalah seorang gadis.

Akhir-akhir ini (menurut saya) saya semakin sering bercerita dengan Damar, dia teman yang baik, ah tidak dia teman yang sangat baik, ah tidak tidak dia teman yang sangat sangat sangat baik. Ah, seharusnya saya bisa menggambarkan seberapa besar baiknya dia kepada saya. Ya, meskipun saya akui terkadang dia bisa menjadi sedikit menyebalkan karena sering bersikap seolah-olah tidak peduli dengan masalah yang dia hadapi, ya tetapi saya percaya Damar memiliki cara tersendiri melihat suatu masalah, meskipun saya selalu ingin membuatnya menyadari bahwa saya selalu ada untuknya jika dia membutuhkan seorang (mungkin) teman untuk berbagi cerita.

Sejauh saya mengenalnya (mungkin sejak sekitar 4bulan yang lalu) dia termasuk golongan orang yang sibuk. Awalnya, Setiap kali saya mengajaknya pergi ke suatu tempat atau hanya sekedar mengajaknya bercerita untuk saling bertukar pendapat, setiap itu pula dia menolak saya karena sudah terlalu banyak janji dengan orang lain atau sudah terlalu banyak kegiatan yang dia lakukan. Ah, saya kecewa, mungkin bagi dia saya ini invicible dan tidak ada pengaruh apa-apa untuk kehidupanya yang sibuk akan kegiatan dan orang-orang yang menyenangkan? Mungkin. Namun, di luar itu semua saya lebih kecewa jika saya melihat dia tidak berdaya duduk di kantor memikirkan tugas dan permasalahan yang (mungkin) dia miliki. Saya tidak suka melihat dia sedih.

Saya tidak tahu sejak kapan saya mulai merasa senang setiap bertemu dengannya, mungkin setelah saya dijenuhkan dengan berbagai aktivitas kuliah yang membuat saya muak dan banyaknya sikap orang-orang yang makin lama makin terasa kurang baik kepada saya.

Ya, Damar adalah orang yang selalu rela ada untuk duduk di samping saya (mungkin karena kami berdua berada di kantor yang sama?), mendengarkan saya bercerita dan tertawa. Entah mulai sejak kapan kami jadi sama-sama senang duduk di kantor dan bercerita panjang lebar, saya senang dengan keadaan ini. Ah, apa mungkin sekarang saya sudah bisa 'terlihat' oleh Damar? Semoga saja, saya harap begitu.

Saya jadi ingat di awal-awal perkenalan kami, sebelum saya menyadari bahwa Damar adalah teman yang sanggup membuat saya tertawa lepas tanpa beban.

Saat itu dia merupakan orang pertama yang melihat saya dari sudut pandang yang berbeda, saya juga bingung mengapa dia tiba-tiba bertanya...

"Popo kenapa?"

Popo adalah panggilannya untuk saya, dalam bahasa Korea, popo adalah cium atau kecup. Katanya dia senang memanggil saya seperti itu karena saya bisa suka tiba-tiba mencium pipi dia kalau dia sedang melamun sambil berkata 'popo,popo'. Ah, jangan salah paham, itu terjadi karena saya senang menggoda dia yang terkadang suka mengeluaran mimik lucu jika sedang malu.

"Eh, emang kenapa?" saya balik bertanya karena sejujurnya saat itu saya tidak pernah berharap bisa bercerita banyak hal dengan orang sibuk ini.

Saat itu saya masih berpikiran bahwa tidak ada gunanya menceritakan apa yang saya rasakan kepada orang sibuk ini karena (mungkin) bisa saja ditengah cerita dia akan tiba-tiba pergi meninggalkan saya untuk mengangkat telepon atau karena memenuhi janjinya untuk bertemu dengan seseorang.

"Nggak apa-apa." jawab saya yang saat itu sebenarnya sedang menahan air mata saya yang sedikit lagi jatuh.

"Beneran? Kok nggak kayak biasanya, ngelamun gitu." Ah, ya, dia mendekat tetapi dia hanya tersenyum, "Kirain kenapa-kenapa."

Saat itu saya memang sedang berada di titik jenuh hari-hari saya (dan tidak ada orang yang menyadari hal itu, kecuali Damar) saya merasa tertekan dengan tugas kuliah yang begitu banyak dan merasa kesulitan dengan mata kuliah yang tertinggal beberapa saat (karena saya harus pergi ke korea selatan untuk melakukan pertukaran budaya selama dua minggu). Semua itu seolah-olah menekan saya hingga saya tidak memiliki ruang untuk bernapas sedikit pun.

Dan kejadian seperti itu berlangsung lama, lama sekali dan saya tidak memiliki teman untuk mengatakan betapa beratnya hari-hari saya belakangan itu (mungkin karena saya terlalu susah untuk bercerita dan menangis dihadapan orang lain), hingga suatu hari ketika baru saja sampai di kantor, tiba-tiba Damar memeluk saya.

"Ih, suka deh liat popo. Lucu."

Hari itu saya belum mengatakan apa-apa dan belum menceritakan hal lucu kepadanya, kenapa dia berkata begitu?

Dan kalian harus tahu, Damar memeluk saya lebih dulu hanya ketika saya sibuk mengurus dokumen untuk pergi ke Korea Selatan (saat itu saya jarang berada di kantor dan jarang bertemu dengan dia, ah saya jadi ingat bahkan sehari sebelum saya berangkat ke sana saya ternyata tidak bertemu dengan dia), selebihnya saya yang selalu lebih dulu memeluk dia.

"Lah, kenapa?" saya bingung.

"Ngga apa-apa, cuma mau meluk aja. Emang nggak boleh?"

Hari itu dia terlihat sedikit berbeda. Ya, mungkin karena tugas yang banyak? Pikir saya, tetapi jika tugas banyak kenapa dia hanya diam begitu saja? Biasanya dialah orang yang paling ribut mengetik di komputer kantor untuk mengerjakan tugasnya. Namun, saat itu dia terduduk lemas sambil membaringkan kepalanya di atas meja.

"Sini sebentar coba." saya menarik tangannya, "Lemes banget, dengerin lagu ini deh."

Saya memutar lagu Bruno Mars yang berjudul Count On Me untuknya.

Dia menatap saya bingung.

"Ini lagu buat Damar, jadi kalau Damar lagi kenapa-kenapa, Damar inget aja lagu ini dari aku untuk Damar, trus inget deh kalau Damar lagi ada masalah bisa sms atau telepon aku. Jadi Damar nggak ngerasa sendirian."

Dia mengangguk-angguk mendengarkan lagu yang saya putar untuknya.

"Oh, nih ada satu lagu. Tapi lagu korea. Hehe."

Damar manyun, "Mana aku ngerti, Po."

Saya mengambil kertas dan menulis sesuatu di atas kertas

"Nih, aku tulisin artinya langsung untuk Damar ya. Jadi kalau Damar ngerasa sendiri, inget lagu ini."

Dia tertawa, "Ah, popo. Kalau sedih ya tidur aja, Po, kan ilang semua nanti."

Dengan entengnya dia berkata seperti itu, tetapi saya? Ah seandainya di sini ada keluarga saya, mungkin saya bisa berkata seperti itu.

"Ya pokoknya inget aja ini dari aku." ujar saya.

Kalian tahu? Melihat Damar bersikap seolah-olah tidak peduli dengan lingkungan itu membuat saya cemas, jika kalian tanya kenapa, saya juga tidak tahu, saya hanya takut, teman sebaik dia pergi meninggalkan saya dan tiba-tiba benar-benar tidak peduli dengan saya (karena saya berulang kali mengalaminya dan saya tidak mau jika harus kehilangan teman seperti Damar).

Saya takut saya tidak 'terlihat' oleh matanya, maka ketika berada di sampingnya saya merasa menjadi orang paling cerewet sedunia, saya menceritakan segala hal agar dia tidak bosan, karena saya menganggap teman-teman yang pergi meninggalkan saya (mungkin) karena saya ini orang yang membosankan. Hal yang menjadikan saya sangat cerewet dan berisik saat bersamanya bukan hanya karena itu saja, tapi juga karena entah kenapa jika bersama teman seperti Damar saya merasa dapat menceritakan berbagai macam hal. Entahlah. (Mungkin) karena dia adalah teman yang sangat baik.

Saya tidak ingin membuat Damar bosan, saya tidak ingin membuat diri saya tidak 'terlihat' oleh teman sebaik dia. Ah, mungkin saya berlebihan, tetapi Damar adalah teman yang sangat baik. Saya entah sejak kapan selalu senang jika bisa membuat dia tertawa, saya bukan teman yang baik dan (mungkin) karena itu saya tidak benar-benar memiliki seorang teman. Namun, bersama Damar yang selalu rela mendengarkan saya meskipun saya tahu ke depannya dia tidak akan ingat apa-apa membuat saya merasa menjadi seseorang yang dianggap keberadaannya.

Pernah dalam suatu acara yang saya hadiri, Damar berperan sebagai panitianya, dan karena ada suatu masalah tiba-tiba Damar menangis, merasa bersalah, katanya. Saya bingung karena dia menangis hingga terjongkok di hadapan saya dan teman yang katanya telah dia kecewakan. Masalahnya berkaitan dengan acara itu, teman-temannya tertawa karena itu hanya masalah kecil, tetapi Damar tetap menangis, semua orang menenangkannya, termasuk saya.

Mungkin hanya masalah kecil, tetapi saya (jadi) tahu bahwa jika Damar diberi suatu tanggung jawab dan dia lalai melakukannya atau melakukannya tetapi hasilnya tidak baik, dia akan merasa menjadi orang paling bodoh dan menyebalkan sedunia dan itu adalah kali pertama saya melihat Damar (yang notabennya adalah orang yang tidak peduli dengan sekitar) menangis.

Dan hal yang paling membuat saya senang, dia meminta saya untuk menemaninya menghapus airmatanya di toilet. Sederhana sekali memang. Tetapi kalian mungkin tidak tahu, saya yang (mungkin) masih sulit untuk mengartikan makna persahabatan atau pertemanan itu seperti apa, tiba-tiba diajak untuk menemani orang yang saya anggap teman baik (karena saya tidak tahu seperti apa dia menganggap saya) menghapus airmatanya dan menenangkan pikirannya.

Oh, jadi apakah sekarang saya sudah 'terlihat' oleh Damar? Atau mungkin karena memang teman-temannya yang lain juga adalah panitia dan dia tidak ingin merepotkan mereka karena sama-sama sibuk? Ah, apapun alasannya. Senang sekali rasanya. Bukan karena melihat Damar pertama kali menangis, tetapi karena saat itu (meskipun hanya sesaat) saya merasa menjadi orang yang dibutuhkan dan penting untuk Damar.

-----
You'll always have my shoulder when you cry
I'll never let go
Never say goodbye
-----

Suatu ketika kami pernah terjebak hujan bersama, saat itu kami berada di kantor dan Damar makan nasi goreng di hadapan saya. Setelah Damar menyelesaikan makannya, entah darimana tiba-tiba saja saya bercerita kepada Damar tentang segala macam kejenuhan saya yang sudah lama terpendam dan saya pun menangis. Kalian tahu rasanya memiliki kejenuhan yang terpendam dan bingung untuk diceritakan kepada siapa dan tiba-tiba kalian merasa nyaman dengan seorang teman dan seketika saja kalian menumpahkan segala bentuk kejenuhan kalian kepadanya.

Dan itu saya, saya yang sebenarnya mengetahui pastinya bahwa Damar tidak akan mengatakan apa-apa untuk menenangkan saya yang sedang menangis, membiarkan cerita itu mengalir begitu saja. Dia diam menatap saya, mungkin dalam pikirannya, saya yang selalu ceria dan selalu tertawa ternyata masih punya airmata, mungkin dalam pikirannya, saya yang terlihat tidak terlalu memperhitungkan keberadaannya, saat ini sedang menangis di hadapannya.

Ah, Damar, saya memperhitungkan keberadaanmu, jika tidak untuk apa saya selalu bertanya keberadaanmu kepada teman-temanmu setiap kali berpapasan dengan mereka?

"Oh. Popo kesepian? Butuh aku?"

Entahlah, saya tidak ingat, mungkin itu yang dia tanyakan hingga membuat saya tertawa dan menjawab

"Bingung, Dam. Harus cerita sama siapa. Udah lama sebenernya mau cerita sama Damar, tapi Damar sibuk, aku ngajak Damar pergi untuk acara ini-itu, sebenernya cuma alibi, cuma pengen ada orang yang nemenin ketawa. Aku sebenernya ya nggak apa-apa sedih sendirian, merenung di kamar atau kayak waktu itu Damar bilang, tidur aja biar lupa, tapi aku nggak bisa kalau seneng sendirian. Rasanya jadi bener-bener kesepian. Damar juga kalau ada apa-apa, senang-sedih kasih tau aku, nggak usah mikirin aku sibuk atau nggak. Aku tau Damar punya banyak temen makanya punya janji banyak, mungkin Damar juga nggak butuh aku saat seneng atau sedih karena udah banyak temen yang bisa dijadiin tempat berbagi, tapi tetep aja klo ada apa-apa bilang ke aku, entah aku orang ke berapa yang ada di pikiran Damar untuk dijadiin tempat cerita, aku cuma mau Damar tau kalau aku ada untuk Damar biar Damar nggak ngerasa sendirian karena aku ngalamin itu dan itu nggak enak."

Damar melingkarkan tangannya ke pundak saya. Ya, mungkin dia bingung harus berkata apa kepada saya. Saat itu hujan turun sedikit demi sedikit dan tiba-tiba menjadi sangat deras.

"Eh, tau nggak? Nama Koreaku kan Haneul, artinya langit, setiap kali aku nangis, pasti langit juga nangis, liat kan? Jadi hujan deras" Saya tertawa. Damar tersenyum kemudian mendekatkan kepalanya ke kepala saya, memeluk saya erat.

Saat itu saya tidak tahu apa yang dipikirkannya, tetapi saya berterima kasih kepada dia karena mau melihat saya menangis dan mendengarkan cerita bodoh yang menyebabkan saya menangis.

-----
Find out what we're made of
When we are called to help our friends in need

You can count on me like 1 2 3
I'll be there
And I know when I need it I can count on you like 4 3 2
You'll be there
Cause that's what friends are supposed to do
-----


Damar yang (sangat) baik,

Aku tahu kamu punya segudang teman dan mungkin sampai saat ini ada atau tidak adanya seorang Dita tidak akan berpengaruh apa-apa untuk Damar. Aku tahu kamu punya banyak hal yang bisa dibanggakan. Aku tahu kamu punya banyak teman yang jauh lebih penting daripada seorang Dita. Aku cuma mau kasih tahu, sedikit demi sedikit Damar terus berubah jadi teman yang (sangat) penting buat aku. Teman yang selalu muncul dipikiran aku untuk jadi tempat cerita setiap kali ada hal-hal baru atau aneh yang aku alami, aneh? Berlebihan? Memang.

Ah, mungkin Damar memang orang yang lebih ahli dalam masalah pertemanan, persahabatan, dan jalinan sosial, sedangkan Dita, nihil. Mungkin Damar sering lihat Dita memiliki teman yang sangat banyak, memang, aku akui, temanku banyak, tapi aku tidak pernah benar-benar memiliki teman untuk bercerita semuanya. Teman yang aku tahu, banyak, tetapi teman yang aku kenal (mungkin) hanya beberapa, dan teman yang aku kenal baik (mungkin) lebih sedikit dari beberapa, mengerti maksudku?

Aku senang bisa kenal Damar, cerita banyak hal yang (mungkin) banyak juga yang Damar nggak inget. Ah, buatku nggak apa-apa asal Damar selalu jadi teman aku. Aku ingin bilang terima kasih karena sudah membuat aku merasa nyaman setiap kali aku berada di samping Damar, membuatku tertawa meskipun Damar jarang menceritakan apa yang ada dipikiran Damar dan seperti apa hal-hal yang Damar alami, boleh aku juga mendengar cerita Damar? Boleh aku jadi orang yang ada dipikiran Damar ketika ada hal-hal baru atau aneh yang Damar alami? Boleh Damar jadi orang yang berisik juga saat berada di sampingku? Dan apa boleh aku bertanya sekarang apakah aku sudah bisa 'terlihat' jelas oleh Damar?


-----
If you toss and you turn and you just can't fall asleep
I'll sing a song
beside you
And if you ever forget how much you really mean to me
Everyday I will
remind you
-----


-----


NB : Dedicated to Damar Rakhmayastri mungkin terlalu dini untuk bilang kamu teman dekat aku karena kita baru kenal beberapa bulan dan banyak hal yang aku nggak ngerti tentang kamu. Tetapi aku senang Damar yang sederhana seperti ini, Damar teman yang baik dan tolong jangan pernah berubah seperti kebanyakan teman lakukan pada aku. Jadi teman aku sampai kita berdua tua ya, sampai nanti kita nggak sadar ternyata kita punya anak yang kuliah di tempat yang sama seperti kita saat ini. Sampai salah satu dari kita nanti bernapas untuk yang terakhir kali. Ah, senang sekali melihat Damar tertawa setiap harinya, maaf aku terlalu berisik dan terlalu menyebalkan karena suka melakukan hal-hal aneh yang tidak pernah terduga. Terima kasih banyak ya, Damar. Karena ketika semua orang terasa mengabaikan aku, kamu tetap ada untuk memperhitungkan aku, seperti lagu yang aku beri dengar ke kamu, count on me, itu laguku untuk Damar karena aku juga ngerasa Damar selalu ada untuk aku dan memperhitungkan keberadaanku. Ah, mungkin dengan berada di sampingku bagi Damar adalah masalah biasa karena itu lah yang dilakukan kebanyakan teman untuk temannya, tetapi tidak buat aku, bagiku yang terlalu sering diabaikan oleh banyak teman lain, keberadaan Damar itu merupakan semangat untuk aku karena aku jadi merasa dianggap, tidak diabaikan, dan membuat aku sadar bahwa aku nggak sendirian: )


-----
you can count on me cos' I can count on you
-----



By Dita Oktamaya

Thursday, December 22, 2011

Ingat Aku dalam Doamu




Ah sudah lama sekali rasanya tidak bercerita dengan kalian, apa kabar?



Orang-orang bilang hari ini adalah hari ibu, bagaimana menurut kalian? Apakah kalian menghabiskan waktu yang banyak dengan ibu kalian? Entah hanya di Indonesia saja atau di seluruh dunia bahwa tanggal 22 Desember ini adalah hari ibu? Sudahlah. Terkadang saya memang suka memusingkan segala sesuatu yang tidak patut untuk dipusingkan



Saya ingin bercerita tentang hari ibu saya bersama mama saya, ah baiklah, saya memang tinggal sendiri di Yogyakarta dan Jakarta rasanya terlalu jauh untuk dijangkau sebentar untuk bertemu dengan mama saya, ok saya mengaku, saya hanya menghabiskan hari ibu saya melalui telepon.



Saya juga mengaku bahwa saya adalah orang yang sulit untuk mengatakan rasa sayang lebih dahulu kepada orang-orang yang saya sayangi, mengapa? Ah, apakah semua pertanyaan di dunia ini butuh jawaban?



Karena saya malu



Saya malu untuk membagi perasaan yang saya rasakan di dalam hati, saya malu mengungkapkan perasaan saya, perasaan yang diakui juga oleh logika dan akal sehat saya karena saya benar-benar merasakan hal itu



Saya malu. Dan rasa malu saya ini selalu terjadi setiap obrolan manis saya dengan mama terjadi



Hari ini, teman-teman saya sudah sibuk membicarakan tentang hari ibunya bersama mama mereka dan saya? Saya hanya dapat berkata dalam hati :



"Ah ya, hari ini belum nelfon mama dan ngucapin selamat hari ibu."



dan setelah kuliah hari ini berakhir, saya menelepon mama saya, tetapi tidak diangkat =.="



Oh, mungkin mama sibuk, ini kan jam kerja, pikir saya, tetapi tidak berapa lama mama menelepon balik saya




"Kenapa, Dek?"



"Oh, ga Ma, tadi cuma mau nelfon aja."



Ah, seharusnya saya bisa berkata lebih dari itu, hari ini kan hari spesial untuk mama, meskipun setiap harinya harus ada yang spesial untuk mama



"Loh gimana kamu ini, udah makan siang belom?"



"Ini lagi makan Ma, eh ga deng udah selesai makan, eh udah ya ma."



Ah, mama. Susahnya mengatakan hari ibu kepadamu, Ma =.="



"Ih, kamu nelfon duluan, trus mama telfon balik kok malah kamu yang udahin telfonnya, ga mau ah, ada cerita apa di kampus? Kamu mau pulang ke Jakarta ga minggu tenang? Atau nanti aja kalo liburan?"



"Udah ga usah Ma, udah ya."



Ah, Dita, seharusnya kamu bisa berkata lebih bagus dari itu =.="



"Ya udah, papa udah telfon belum? Kamu sekali-sekali telfon papa duluan atau telfon kakak kamu duluan, lagi nyusun skripsi tuh kakakmu, kasih semangat biar cepet selesai, dia kan maunya dengerin kamu."



"Iya iya, nanti ditelfon."



Mama pasti tahu anaknya, saya bukanlah tipe orang yang menelepon orang-orang rumah lebih dahulu, alasannya? Ya itu tadi, malu =.="



"Ya udah, makan yang baik. Jaga diri, jaga kesehatan, jangan lupa sholatnya. Puasa daudnya berhasil dijalanin ga?"



"Puasa daudnya belum Ma, masih puasa sekai-sekali aja nih. Eh, Ma..."



Perkataan saya terhenti, seharusnya ini jadi kesempatan saya mengatakan selamat hari ibu ke mama tapi saya merasa ada marshmallow panas yang mengisi mulut saya, sehingga saya tidak bisa melanjutkan perkataan saya



"Kenapa?"



"Ah, ga, Ma, ga jadi..."



"Eh kamu nih, apa ga? Mau buat mama penasaran nih, ga mau ah, mau ngomong apa? Awas ya kamu buat mama penasaran, kalau udah mau diceritain ga boleh dipotong-potong, harus tuntas sampe abis ceritanya."



Perkataan itu hal yang selalu diutarakan mama setiap saya menggantungkan kalimat yang akan saya katakan



"Hmm... Selamat hari ibu ya, Ma." akhirnya saya pun mengatakannya



"Ya ampun, mau ngomong itu aja susah banget. Makasih ya, Dek. Kamu kangen mama ga?"



Ah, pertanyaan sulit. Saya kangen mama saya, tetapi sulit sekali mengatakan semua itu.



"Iya..." jawab saya




"Iya apa?" nada bicara mama terdengar sedang menggoda saya




"Ya pokoknya begitulah. Udah ah, dedek udah mau ada kuliah lagi nih." saya merasa saat mengatakan ini nada bicara saya terdengar sedikit manja dan mama pun tertawa di sebrang sana




"Ya udah. Kalo ada apa-apa telfon duluan ya. Muah."



Mama selalu mengakhiri pembicaraan lewat telepon dengan kecupan. Saya senang mendengarnya, dalam hati saya pun membalas kembali kecupan mama di setiap pembicaraan di telepon kami berakhir, tetapi kenyataannya saya hanya bisa menjawab dengan



"Iya... iya..."



Begitulah hari ibu saya dengan mama yang hanya bisa dilalui lewat telepon. Ah seharusnya saya bisa menjadi anak yang lebih manis untuk mama, seharusnya saya bisa membuat mama lebih banyak tersenyum dan bahagia, seharusnya saya tidak perlu malu mengatakan semua yang ada di pikiran dan hati saya tentang mama



Pernah suatu ketika mama memeluk saya saat saya sedang merebahkan tubuh saya di atas kasur, menanyakan apakah saya kangen mama kalau beliau sedang berada di kantor atau waktu saya belum pulang ke Jakarta. Saya hanya menjawab, iya. Mama hanya tertawa, menepuk-nepuk bahu saya seraya menyuruh saya cepat tidur.


"Ah kamu dek, kalau kangen bilang kangen, kalau sayang bilang sayang. Sayang mama ga kamu?"



"Iya."




"Iya apa? Sayang ga?"





"Ya sayanglah."



Saat itu jawaban saya terdengar sangat ketus, kenapa? Karena saya malu, saya kira mama akan marah, tetapi mama tertawa dan terus menepuk-nepuk bahu saya



"Udah tau kok." jawaban mama saat itu selalu saya ingat hingga saat ini saya mengetik cerita tentang mama



Beberapa hari ini banyak tugas di kampus, sehingga terkadang kamar saya hanya saya gunakan sebagai tempat saya tidur dan mandi. Selebihnya? Saya habiskan di kampus dan karena itu kamar saya terasa (dan memang) berantakan!



Jika mama sedang berkunjung ke Yogyakarta, mama pasti dengan senang hati merapikan segala sesuatu yang berada di kamar saya. Menata semua peralatan apapun dengan baik sesuai dengan tempatnya. Hingga akhir-akhir ini saya berpikir bahwa kamar saya membutuhkan sentuhan tangan mama. Ah, tetapi jika dibandingkan dengan kamar saya, saya lebih butuh mama saya. Saya kangen mama :(




Baru-baru ini saya sedang menyelesaikan membaca buku berjudul "Please Look After Mom" novel terjemahan Korea dan hari ini dosen saya memberikan saya referensi film (karena kami berdua penggemar film) tentang orang-orang tua yang hidup tanpa (atau lebih tepatnya ditinggal oleh) anak-anak mereka.



Ah, saya tahu saya pemalu, memiliki gengsi yang cukup tinggi, dan cuek terhadap keadaan sekitar sampai baru saya sadari ternyata tanpa keluarga (karena saya tinggal sendiri di Yogyakarta) saya bisa merasa begitu kesepian. Karena itu, untuk hal ini tolong percaya bahwa saya tidak akan pernah menyia-nyiakan kalian, karena saya sayang kalian, saya kangen kalian, dan percayalah bukan karena saya tidak peduli saya jadi tidak menelepon kalian lebih dulu, percayalah seberapapun besar kemungkinan nantinya saya berpikir untuk hidup tanpa kalian, itu semua tidak akan berpengaruh apa-apa untuk saya karena saya selalu butuh kalian :)


----



NB : Dedicated to my family, specialy to my mom. Semester 5 ini berat sekali buat saya, saya sedang berusaha untuk terus mempertahankan nilai saya agar kalian bisa tersenyum bangga kepada saya seperti semester-semester sebelumnya. Ingat saya disetiap doa kalian ya, karena doa kalian sangat berpengaruh untuk saya yang selalu lupa untuk berdoa jika kalian tidak pernah mengingatkan saya. Sehat-sehat ya di Jakarta, di sini saya sedang berusaha untuk beribadah dengan baik, karena kalian selalu bilang, menutut ilmu adalah ibadah orang baik dan ibadah lain yang sekarang sedang saya perjuangkan adalah membahagiakan kalian dan orang-orang yang sangat baik yang bersedia menjadi pengganti kalian untuk sementara di Yogyakarta, terima kasih karena kalian tidak pernah berniat sedikit pun untuk pergi meninggalkan kehidupan saya





---pic : google.com





By Dita Oktamaya