Tuesday, November 27, 2012

Atau....


-----

I'm not looking for someone to talk to
I've got my friend, I'm more than O.K.
I've got more than a girl could wish for
I live my dreams but it's not all they say

------

Akhirnya saya menemukan lagu yang sejak dulu saya cari. Saya tidak tahu judulnya, hanya tahu penyanyinya dan tahu nada lagunya dengan mengganti liriknya menjadi na na na. Lagu The Corrs yang berjudul All The Love In The World. Awalnya saya tidak terlalu paham dengan lirik lagunya, saya hanya suka dengan melodinya yang membuat tenang ketika mendengarnya, tetapi semakin lama mendengar lagu ini saya semakin  tahu makna lagu ini.

Saya jadi teringat beberapa pertanyaan orang-orang yang dengan sangat baik hati menyempatkan diri untuk membaca blog saya. Banyak yang menanyakan mengapa saya lebih banyak menulis postingan tentang mimpi-mimpi saya, tentang kejenuhan-kejenuhan saya, tentang prespektif-prespektif saya, tentang teman-teman saya, tetapi tidak menulis tentang cinta (seseorang) dalam hidup saya.

Ah, cinta. Saya paling susah ditanyakan soal kata dengan lima huruf ini. Bukan mau menghindar, tetapi saya masih kesulitan untuk bicara masalah hati yang diiyakan oleh pikiran, tetapi tidak sejalan dengan logika. Hati saya cuma satu, tetapi memilki bagian-bagian yang bersekat untuk menempatkan segala hal yang berada di hidup saya dan cinta adalah hal tersulit bagi saya karena saya selalu bingung untuk menempatkannya di hati bagian mana.

Saya terbiasa menjadi 'tong sampah' untuk teman-teman saya, mendengar mereka bercerita tentang pasangan mereka yang begini, pasangan mereka yang begitu, saya suka mendengarnya. Saya tidak mempermasalahkan cerita mereka tentang kehidupan cinta mereka, hingga suatu ketika saya disadarkan oleh kakak saya sendiri.

"Aku susah cerita tentang cinta sama kamu secara mendetail yang benar-benar detail. Karena ketika aku bercerita tentang masalah percintaanku, aku pasti mengharapkan respon, bukan responmu jelek, Dek. Bukan. Hanya saja ketika aku membutuhkan sudut pandang lain tentang cinta, aku butuh orang yang benar-benar pernah merasakan itu. Kalau aku cerita sama kamu ketika aku emosi karena cinta dan menanyakan responmu, aku takut malah jadi kita yang berantem karena menurutku bagaimana kamu bisa kasih respon seperti apa yang aku inginkan, pacar aja belum ada."

Ya, saya memang belum punya seseorang untuk saya cintai. Saya mengerti perkataan kakak saya. Ketika teman-teman saya bercerita tentang pasangannya, saya tahu mereka hanya ingin mengungkapkan apa yang berada di benak dan hati mereka, bukan meminta respon dari saya, tetapi membutuhkan teman untuk sekedar menjadi pendengar karena mereka sedang dibahagiakan atau bahkan dijenuhkan dengan pasangan mereka. 

Saya jadi ingat perkataan salah satu teman saya yang dahulu punya masalah dengan pasangannya, dia menceritakan masalahnya kepada saya ketika masalah itu sudah selesai. Ya, saya tidak pernah keberatan karena saya tahu yang dia butuhkan adalah pendengar untuk mendengarkan seberapa jauh dia bisa bertahan ketika keterpurukan menghampiri hubungannya dengan pasangannya.

Saya tidak pernah keberatan mendengar cerita macam apapun dari siapapun di sekitar saya. Banyak yang mengkhawatirkan saya tidak bisa merespon dengan baik tentang beberapa hal, terutama masalah cinta, ya saya memang tidak punya bayangan tentang hal itu. Saya mungkin juga tidak dapat dipercaya karena respon yang saya keluarkan pasti bukanlah pelajaran dari pengalaman cinta yang saya dapatkan, tetapi jika mereka ingin mendengarkan pandangan saya tentang cinta atau apapun itu, saya rasa saya sanggup untuk mengusahakannya.

Dulu, saya punya hubungan dengan seseorang. Orang yang baik, tetapi mungkin sayanya saja yang belum mengerti apa itu menjaga perasaan seseorang dan menjaga hubungan yang telah dibentuk, jadi kami berpisah. Saya meminta maaf kepadanya yang pernah saya sakiti dan beberapa orang yang hatinya masih enggan untuk saya masuki. 

-----

Love's for a lifetime not for a moment
So how could I throw it away
Yeah I'm only human

-----

Pada saat itu saya sedang berusaha meyakinkan diri saya untuk tidak menyakiti perasaan orang lain lagi,  saya tahu saya adalah orang yang egois dan pasti akan banyak membuat kalian lelah, jadi ketika saya berkata 'tidak' bukan berarti untuk selamanya saya tidak ingin masuk ke dalam salah satu sekat yang berada di hati kalian. Saya hanya sedang ingin berusaha menata hati saya, mempelajari diri saya, mengontrol emosi saya, sehingga jika pun saya harus menyakit perasaan kalian suatu saat nanti, saya tahu dimana saya harus memperbaikinya dan bisa mempertahankan hubungan yang telah dibentuk.

Saya bukan takut memulai, saya hanya butuh waktu untuk tidak terus menerus menjadi anak kecil yang egois. Saya tahu saya bukan orang baik, saya masih sulit untuk mencari tahu apa itu cinta, masih sulit untuk berbagi hal yang saya punya, masih sulit berkata rindu lebih dulu, masih terpaku dengan 'keakuan' bukan 'kekitaan' seperti seharusnya hubungan berjalan. Saya hanya sedang butuh waktu untuk memangkas beberapa hal buruk yang saya miliki, sehingga meskipun kalian tersakiti oleh hubungan yang terjalin dengan saya nanti, setidaknya sakit kalian tidak terlalu dalam.


-----

(Still...) Still I believe
(I'm missing) I'm missing something real
I need someone who really sees me...

-----


Atau...

Mungkin sekarang bukan tentang saya yang membutuhkan waktu untuk memangkas hal buruk yang berada di dalam diri saya, tetapi tentang hati saya yang belum terketuk untuk dibuka.



by Dita Oktamaya

Saturday, November 24, 2012

Saya Yakin Kamu Bisa Lebih Dari Itu

Hal yang paling sulit saya hadapi adalah ketika seseorang yang saya kenal dengan sangat baik, ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh orang yang paling ia sayangi. Ketika dihadapi dengan situasi seperti ini rasanya saya menjadi orang yang paling tidak berdaya sedunia.

Saya percaya dan sangat yakin bahwa ia sanggup menghadapi kondisi seburuk apapun seperti sekarang ini, tetapi justru saya lah yang kewalahan karena tidak tahu harus berkata apa untuk membuatnya nyaman dengan kenyataan yang sama sekali tidak nyaman untuk dirasakan.

Adik yang manis, dahulu, saya pernah berada di posisimu ketika kakek dan nenek yang saya sayangi meninggal dunia, tetapi saya pikir pasti rasanya sangat berbeda jauh dengan kondisimu sekarang ini. Sudah sangat jelas karena yang meninggalkanmu sekarang adalah salah satu dari orangtuamu yang darahnya mengalir langsung di dalam tubuhmu. Maka saya simpulkan bahwa saya tidak tahu harus berkata apa untuk sekedar menenangkanmu.

Ya, saya payah, Adik yang manis. Mungkin nama saya adalah nama yang ke seratus sekian yang muncul di kepalamu ketika kamu membutuhkan teman yang bahunya ingin kamu pinjam untuk bersandar. Namun, meskipun saya orang ke seratus, ketahuilah bahwa saya tidak akan pernah lelah untuk mengantri di belakang sembilan puluh sembilan temanmu yang lain untuk membuatmu kembali tersenyum.

Saya sangat percaya bahwa kamu adalah orang yang tegar, jadi teruslah bersemangat seperti sebagaimana dirimu biasanya. Segalanya tidak lagi sama, saya tahu dan itu berarti ketegaranmu tidak lagi sama seperti sebelumnya. Ya, saya yakin kamu bisa lebih dari itu.


by Dita Oktamaya

Friday, November 23, 2012

Berkah Dari Langit



Dulu saya punya sebuah mimpi. Mimpi melihat orang-orang tersenyum senang atas apa yang saya lakukan. Saya suka membuat orang-orang senang, siapapun itu, kenal tidak kenal, dekat tidak dekat, tahu nama tidak tahu nama, kenal muka tidak kenal muka, semua orang. Saya senang melihat semua orang merasa senang dan nyaman atas apa yang saya lakukan. 

Kemudian mimpi itu seolah disukai juga oleh langit, langit mengirim Anda untuk saya. Langit mempertemukan kita seolah tahu kita punya kesukaan yang hampir seratus persen sama. Bagi saya, anda adalah salah satu dari beribu berkah yang langit titipkan kepada saya. Anda yang membuat salah satu dari beribu mimpi saya membuat orang-orang senang melihat apa yang saya lakukan menjadi nyata.

Ya, pada akhirnya saya dan Anda memutuskan untuk berkarya bersama, membuat orang-orang tersenyum senang dengan lantunan nada. Anda adalah salah satu dari beribu berkah yang langit titipkan kepada saya dan saya selalu berterima kasih kepada langit untuk itu.

Kalau diperbolehkan, saya mau terus berkarya bersama Anda. Sampai habis suara karena baya, hingga habis waktu karena tiada.


by Dita Oktamaya

Wednesday, November 7, 2012

Saya Tidak Mau Berjalan Sendirian

"I used to think the worst thing in life was end up all alone. It's not. The worst thing in life is ending up with people who make you feel all alone." -World's Greatest Dad


Itu sebuah monolog dalam film. 

Saya jadi memutar otak saya. Menapak tilas. Bayang-bayang masa lalu jadi (kembali) muncul. Ketika (entah mengapa) saya pernah merasa sangat sendirian di antara banyak orang yang mengelilingi saya.

Saya cinta damai. Sebaik apapun (nanti) saya, secemerlang apapun (nanti) saya, seberhasil apapun (nanti) saya,  saya tidak mau berjalan sendirian.

Saya suka sunyi, suka sepi, suka menyendiri dan berpikir. Tapi saya tidak suka menjadi sendirian. Mungkin orang berpikir bahwa manusia membutuhkan "me time" untuk menghabiskan waktu buat dirinya sendiri. Ya, saya juga butuh itu, tetapi saya tidak mau menjadi sendirian. Sendirian membuat saya tidak menemukan apa yang saya cari dalam hidup saya. Sendirian membuat saya payah karena tidak bisa membuat orang lain tertawa dan bahagia. Sendirian membuat saya merasa tidak berguna. Bukan sendirian yang kemana-mana melakukan kegiatan sendiri. Bukan, melainkan sendirian yang merasa sendiri. Sendirian yang benar-benar sendirian.


by Dita Oktamaya

Tahu Apa Kamu

Aku yang duduk di belakangmu,
menatap bahumu penuh harap agak ragu

Tahu apa kamu tentang hatiku?
Berkata yakin aku sanggup menjalani semua tanpamu

Tahu apa kamu tentang pikirku?
Berkata bisa aku sanggup melalui semua tanpa tawamu

Kamu tidak tahu aku,
begitu pun mereka

Mengumpulkan serpihan kenangan pembentuk angan,
kata siapa akan berakhir?
Karena terbiasa yang akan berubah,
terkurung rindu yang terus lupa

Tahu apa kamu tentang diriku?
Kamu tidak tahu,
tidak pernah ingin tahu,
tidak akan mencari tahu

Karena itu jangan katakan apa-apa padaku,
jangan sok tahu.
Karena kamu tidak tahu.


Puisi by Dita Oktamaya