Wednesday, July 4, 2012

Seharusnya Kau Bisa

Seharusnya kau bisa tidak lelah belajar, karena belajar adalah mencari tahu selama kau hidup, berkarya selama kau sanggup. Sesederhana itu.

by Dita Oktamaya

Bagi Saya #3

ini bukan masalah suka atau tidak, ini masalah pembuktianmu berkata sanggup berada beberapa langkah di depan mereka.

by Dita Oktamaya

#7

Banyak sekali bakat yang hilang di dunia ini karena tak adanya keberanian untuk memulainya.

by Dita Oktamaya

#6

Tidak selalu hubungan berjalan dua arah, kadang hubungan satu arah pun harus ada sebagai bukti kita berteman dengan tulus. Apapun itu, jadilah orang baik dan hidup dengan baik.


by Dita Oktamaya

Bagi Saya #2

Saya bisa saja lupa, tidak ingat beberapa hal yang tidak menyenangkan, tetapi saya tidak mau. Kenapa harus lupa?


by Dita Oktamaya

#5

Semua orang punya porsi masing-masing di bidang masing-masing. Tidak bisa disamakan. Tidak bisa dibandingkan.


by Dita Oktamaya

Tetap Saja

Kamu benar, kita memang masih melihat langit yang sama dan berpijak pada bumi yang sama. Namun, kamu harus tahu, seberapa besar kamu membujuk saya tentang kesamaan yang kita alami, tetap saja jarak yang terbentang nyata di depan mata, membuatmu tidak bisa saya raih dari sini.

by Dita Oktamaya

Jika Kamu #1

Jika kamu ingin dikenal dunia, maka luangkan waktu untuk mengenalnya.


by Dita Oktamaya

Tuesday, July 3, 2012

Tergantung Dengan Siapa

Satu hari kemarin saya menghabiskan waktu bersama teman saya, Alin. Dia adalah teman satu jurusan beda strata yang sedang menyusun Tugas Akhirnya dan akan segara menjalani ujian pendadaran tengah bulan Juli ini. Kemungkinan besar dia akan lulus Agustus tahun ini. Semoga saja. Saya berdoa untuk itu :)

Satu per satu orang di sekitar saya (memang) pada akhirnya harus pergi untuk mencapai tempat yang jauh lebih baik. Dia dengan mimpinya dan saya dengan mimpi saya. Masing-masing. Kami berbincang cukup banyak hari itu, saya rindu masa-masa bermain bersama dengannya. Dia adalah teman yang sangat sabar menghadapi segala lelucon yang saya lontarkan. Sampai pada akhirnya dia mengatakan sesuatu yang membuat saya menjadi geli sendiri.

"Dit, aku takut deh kalau aku punya kepribadian ganda."

"Loh, kenapa memang?"

"Karena keanehan dan kelakuan aku yang tidak jelas kadang keluar, tetapi kadang Alin yang berbeda juga keluar."

Saya tertawa mendengar perkataannya, tetapi dia malah memarahi saya dengan nada suara yang sedikit minta dikasihani.

"Aku serius loh, kalau sama kamu aku bisa begini, Dit. Sejelek-jeleknya, secacat-cacatnya. Ngomong yang buat ilfeel dan menjijikan, tapi kalau sama orang lain kok kayaknya aku bukan aku gitu, Dit."

Saya kembali tertawa.

"Lah, jelas kok, Lin. Kamu enggak punya kepribadian ganda kok, hanya tergantung sama siapa kamu berada. Kalau sama aku kamu kayak gitu ya jelas, kan aku juga suka aneh dan enggak jelas. Sering ngomong lelucon-lelucon aneh yang tidak wajar dan enggak bisa diprediksi. Itu mungkin bentuk penyesuaianmu sama aku." jelas saya. Alin yang daritadi sedang mengendarai sepeda motor tidak bilang apa-apa.

"Yang penting sih kamu nyaman, Lin. Kalau udah gitu ya udah enggak usah peduli yang lain-lain. Ya kan?"

"Iya sih. Semoga aja aku beneran enggak berkepribadian ganda ya, Dit."

Saya jadi tertawa lagi. Teman saya yang satu ini memang sering mengkhawatirkan sesuatu yang tidak seharusnya dikhawatirkan. Tidak, dia tidak aneh, dia hanya unik. Saya suka berteman dengan dia, dia sangat keibuan dan sangat bisa diandalkan untuk menjadi ibu. Haha. Ya, pokoknya selalu berujung menyenangkan jika menghabiskan waktu bersama dia.

Kemarin perbincangan kami (agak) terasa berat karena kami membicarakan mengenai hal apa yang akan kami lakukan ketika kami sudah lulus kuliah nanti. Saya mengatakan saya bimbang harus melakukan apa. Apa saya harus mengikuti ego saya untuk bekerja sesuai keinginan saya, sesuai kesukaan saya, ataukah bekerja untuk mengangkat nama keluarga saya, atau bahkan bekerja untuk negara saya. Banyak hal yang saya pikirkan, terutama karena saya belajar bahasa asing. Mempertahankan rasa nasionalis dengan bekerja di perusahaan milik negara atau bekerja menghabiskan waktu yang hampir setiap hari di tempat yang membuat negara sendiri menjadi minoritas itu (agak) sedikit menjadi beban bagi saya.

Sudahlah, simpan itu untuk nanti. Sekarang fokus kepada KKN yang akan saya lakukan 1,5 bulan ke depan. Akhir minggu ini saya akan berangkat ke tempat KKN saya dilaksanakan. Doakan saya agar semua berjalan baik-baik saja ya.

Mengenai KKN, saya (memang) sudah kenal dengan teman-teman satu tim saya, tetapi tetap saja saya tidak memiliki bayangan apa-apa untuk bekerja bersama mereka. Semoga mereka teman-teman yang bisa diajak bekerja sama. Aamiin.

Hal mengenai KKN ini juga saya katakan kepada Alin, dia hanya tersenyum dan mengatakan :

"Ah, kamu siapa sih yang enggak bisa disesuain? Bisa lah pasti, kamu kan tingkat adaptasinya tinggi. Bisa nyatu sama siapa aja."

Mendengar itu saya jadi berpikir, apa saya benar-benar bisa? Entahlah. Sekarang saya berada di antara dua sisi, senang karena akan menghadapi hal baru, tetapi juga takut karena hal baru tersebut belum biasa saya lakukan.

Saya adalah orang dengan tingkat adaptasi yang tinggi? Saya tidak yakin akan hal itu, mungkin tergantung dengan siapa saya berinteraksi. Semoga orang-orang yang saya hadapi nanti termasuk ke dalam orang-orang yang mudah berinteraksi dengan saya, sehingga saya dapat dengan mudah menyatu dengan mereka. Semoga. Saya sangat berharap seperti itu.


by Dita Oktamaya