Friday, April 27, 2012

Saya Rindu

Saya rindu, entah rindu dengan siapa.

Saya rindu dengan kamu, dengan dia, dengan kalian, dengan mereka.

Saya rindu, entah dengan siapa.

Saya rindu sekali, rindu saya banyak, terlalu banyak, terlalu besar, terlalu kuat hingga saya tidak sadar bahwa saya sedang merindu.

Saya rindu, rindu saya berlebih, tumpah ruah, bocor, tidak muat, melayang-layang hingga saya tidak berdaya dan hanya mampu diam.

Saya bohong saya rindu dia, rindu kalian, rindu mereka.

Saya rindu, rindu saya alibi hingga saya berbohong, berkelit, berdalih, berbalut malu untuk mengaku.

Saya hanya rindu kamu, rindu waktumu, rindu tawamu, rindu ceritamu, rindu kekonyolanmu.

Saya rindu semua yang ada pada kamu, seorang kamu, tanpa dia, tanpa kalian, tanpa mereka.

Saya rindu kamu, rindu saya banyak, banyak sekali hingga saya tidak mampu menghitung, hingga kalkulator saya rusak untuk menghitung.

Saya rindu kamu, rindu saya tak terhingga sampai waktu ketika kamu ada pun berjalan terlalu cepat, sampai saya benci waktu ketika kamu menatap jam tangan berkali-kali saat berada di samping saya.

Saya rindu kamu, rindu saya tidak masuk akal, saya rindu kamu tindas dengan gurau, kamu tertawakan dengan canda, kamu tak acuhkan dengan kantuk.

Saya rindu kamu. Rindu saya manja, minta diajak main, minta ditemui, minta diperhatikan, minta diberi waktu.

Saya rindu kamu, rindu waktu kita, rindu waktu kita bercerita, rindu tertawa bersama, rindu melakukan kebodohan bersama.

Saya rindu, rindu saya sederhana, obatnya hanya satu, resep rindu sejak dulu.

Saya rindu, rindu kamu, rindu kamu ingin bertemu, kapan ada waktu? saya ingin bertemu.



by Dita Oktamaya

Thursday, April 19, 2012

Kata Buku #1



Saya sedang dalam proses penyelesaian membaca buku yang sudah cukup lama saya beli, mungkin sekitar awal Desember tahun lalu, jika tidak salah ingat. Buku terjemahan, karya Shin Kyung Sook, asal Korea Selatan yang judul bahasa Inggrisnya tertulis "Please Look After Mom". Apakah di antara kalian ada yang tahu buku itu?

Menurut saya, hasil terjemahan pada buku ini sangat baik dan saya rasa saya tidak pernah mengerutkan kening setiap membaca buku ini dikarenakan tidak mengerti kata-kata yang digunakan sang penerjemah. Bagus, kan?

Ada beberapa dialog pada buku ini yang membuat saya menjadi banyak berpikir, maksudnya banyak berpikir tentang kehidupan yang sedang saya jalani, orang-orang yang berada di sekitar saya, dan banyak hal lainnya (sebagian besar hal kecil) yang terkadang luput dari pikiran saya. Salah satunya adalah dialog sang ibu ketika anaknya bertanya apakah beliau senang berada di dapur dan memasak di dapur, sang ibu menatap lekat-lekat anaknya dan berkata :

"Bukan masalah senang atau tidak senang. Aku memasak karena sudah seharusnya. Aku mesti di dapur supaya kalian semua bisa makan dan pergi ke sekolah. Mana bisa kita hanya melakukan apa yang kita sukai? Ada hal-hal yang mesti dilakukan, entah suka atau tidak. Kalau hanya melakukan apa-apa yang kausukai, lalu siapa yang akan mengerjakan apa-apa yang tidak kausukai?"

Ya, saya juga berpikir demikian, begitulah hidup. Manusia memang sudah seharusnya keluar dari zona nyaman, suka atau tidak suka. Itu alami, itu manusiawi, itu wajar. Setuju dengan saya?

Dan seharusnya saya sudah tahu itu sejak awal dan sekarang saya tahu.

Dialog itu selalu berada di pikiran saya ketika saya merasa tidak nyaman atas hal yang saya kerjakan dan saya menjadi belajar.

Dan saya menjadi tahu bahwa ternyata manusia tidak pernah berhenti untuk belajar dan seharusnya saya tahu itu sejak awal dan sekarang saya tahu. Saya menjadi tahu.

Saya suka membaca buku karena membuat saya tahu banyak hal yang membuat saya sadar bahwa sesungguhnya saya sudah tahu itu sejak awal. Buku membuat saya sadar seberapa tidak sadarnya saya tentang pengetahuan yang sebenarnya sudah saya tahu.


---pic : google.com

by Dita Oktamaya

Tuesday, April 10, 2012

Tidak Ada Pilihan Lain



Menjadi mahasiswa semester tanggung membuat saya banyak berpikir belakangan ini. Tidak, saya bukannya takut menyusun skripsi dan teman-temannya yang lain, ya meskipun hal itu tidak pernah luput di setiap doa saya untuk kemudahannnya, tapi bukan itu yang banyak saya pikirkan. Saya berpikir mengenai teman-teman yang akan saya tinggalkan dan kenangan besertanya di Jogjakarta (ah, saya jadi sedih).

Mungkin karena memikirkan hal itu jadi membuat saya berusaha dengan sekuat tenaga untuk sebisa mungkin meluangkan waktu untuk mereka, tetapi ketika saya berusaha sekuat tenaga melakukan itu, mereka sudah sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing.

Ya, saya akan merindukan masa-masa belajar bersama, menerjemahkan bersama (dengan teman satu jurusan saya), tertawa bersama, menghabiskan waktu menunggu kuliah berikutnya bersama, makan bersama, nonton bioskop bersama, kesulitan mengerjakan tugas bersama, keluar dengan wajah berantakan setelah ujian akhir bersama, saya benar-benar akan rindu masa-masa seperti itu. Saya yakin itu.

Saya tidak tahu apakah mereka merasakan hal yang sama dengan saya atau mungkin hanya saya saja yang terlalu banyak memikirkan hal yang masih jauh, ya bagi mereka semua ini masih jauh (mungkin), tetapi bagi saya ini semua sudah berada di depan mata.

Hal yang saya pikirkan adalah saya takut mereka berubah, berubah tidak mengenal saya, berubah menjadi jauh dengan jarak yang tidak terlihat ketika mereka sudah tidak bersama saya, saya takut kehilangan mereka yang selalu membuat hari-hari saya terasa nyaman di sini, di Jogjakarta.

Jangan berubah ya kalian, tolong, saya mohon. Dari dulu saya selalu berpikiran bahwa segala hal tidak akan terjadi dua kali dengan sama persis, jadi saya selalu berusaha untuk benar-benar merasakan apa yang saya lihat dan apa yang saya dengar, mungkin itu yang membuat kalian heran dengan ingatan saya yang tajam tentang cerita yang kalian ceritakan. Maka dari itu, saya mohon jangan berganti, jangan berubah, jangan menjadi berbeda dengan kalian yang seperti ini dengan kalian yang berada di beberapa tahun nanti, maksud saya berubahlah jadi lebih baik, itu hak kalian, tetapi jangan ubah kenyamanan ini menjadi ketidaknyamanan, saya menyukai kalian, saya senang berada di dekat kalian.

Pagi ini ada salah seorang teman menemani saya sarapan setelah selesai kuliah pagi, belakangan ini dia sibuk, saya bahkan jarang sekali bertemu dia setelah kuliah selesai, padahal biasanya kami memiliki tuesdays with us atau thursdays with us, ya itu sebutan untuk kami yang sengaja meluangkan waktu untuk sekedar pergi makan bersama dan berbagi obrolan kecil. Saya menceritakan tentang kekhawatiran saya setelah lulus nanti, inilah kurang lebih percakapan kami :

Saya : "Aku masih bingung, nanti setelah lulus mau apa."
Dia : "Aku juga bingung. Gimana ya?"
Saya : "Enggak tahu. Menurut kamu aku nanti balik Jakarta atau tetap tinggal di Jogja?"
Dia : "Kamu? Balik ke Jakarta kayaknya."
Saya : "Kenapa? Kok kepikiran itu?"
Dia : "Keluargamu kan di sana."
Saya : "Tapi nanti kita enggak ketemu?"
Dia : "Ketemu kok, kalau nanti kamu pulang."
Saya : "Pulang ke mana?"
Dia : "Jogja."

Saya jadi mempertanyakan makna pulang itu seperti apa, saya... entahlah mendengar itu saya jadi sedih, jadi merasa bingung harus berkata apa.

Pulang.

Saya suka Jakarta karena di sanalah keluarga saya, di sanalah kenangan masa kecil saya, di sanalah teman-teman dekat saya yang terdahulu. Namun, saya juga suka Jogja, jujur saya tidak tahu banyak tentang kota ini, saya tidak tahu banyak tentang arah mata angin yang sering orang Jogja gunakan saat memberi petunjuk, saya tidak tahu banyak tentang nama-nama jalan di Jogja. Yang saya tahu hanya teman-teman yang tidak ingin saya tinggalkan begitu saja, yang saya tahu pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan dengan perjuangan yang membuat saya kadang jatuh sakit karena kelelahan.

Saya suka Jogja karena di sinilah saya bertemu dengan teman-teman yang membuat saya nyaman setiap hari, di sinilah banyak kenangan terbentuk, di sinilah saya mulai mengerti cara untuk bertahan hidup sendirian.

Saya jadi ingat salah satu teman saya yang sudah lulus dari program diploma 3 nya, semalam tiba-tiba mengirim pesan singkat kepada saya :

"What are you doing now? Pokoknya enggak usah segan-segan kalau mau pergi, bilang gue ya. Jangan ngerasa sendiri, kalau gue bisa, pasti gue temenin."

Jujur, membaca itu saya menangis. Menangis sejadi-jadinya. Sedih, entah karena apa. Mungkin karena waktu yang terlalu cepat berjalan atau karena waktu yang pelit karena memberi kami hanya sedikit kesempatan untuk menyadari kenyamanan yang sebenarnya sudah sejak dulu ada. Setelah lulus dia akan bekerja di luar Jogja (mungkin) atau melanjutkan program S1 entah dimana.

Pada akhirnya manusia akan memiliki kesibukan dan kehidupannya masing-masing, ya memang. Saya harus mau menerima semuanya. Harus. Tidak ada pilihan lain.


-----


NB : Dedicated to all of my dear friends in Jogja, semester akhir sudah menanti di depan mata, nanti kita akan selalu kalah dengan hal yang membuat kita tiba-tiba menjadi orang tersibuk di dunia. Saya tahu ini berat, sangat berat, tetapi kita harus berjuang untuk apa yang selama ini kita jalani dan pertahankan. Kalian harus selalu ingat, menjadi lebih baik adalah hak semua orang, maka jadilah orang yang (jauh) lebih baik. Sehat terus ya kalian, saya ingin nantinya ketika saya tidak sibuk, kalian tidak sibuk, kita sama-sama tidak sibuk, saya bisa bertemu dengan kalian lagi dengan senyum yang masih hangat, senyum yang membuat saya selalu senang berada di dekat kalian.


---pic : http://3.bp.blogspot.com/


By Dita Oktamaya

Saturday, April 7, 2012

Lalu Mau Apa?

Mengharapkan kebaikan datang adalah aku
Mencoba menolak waktu yang akan berakhir cepat itu pun aku
Ya, aku butuh kamu

Butuh kamu seperti komputer butuh stabilizer
Butuh kamu seperti gitar butuh senar

Berakhir adalah kata yang paling kutakuti
Ketika kenangan dapat dengan sengaja dilucuti

Ya, aku menyukaimu
Menyukaimu seperti lebah menyukai madu
Menyukaimu seperti aku padamu

Mengertilah untuk beberapa saat, mengerti
Pahamilah secara keseluruhan, pahami
Jangan biarkan semuanya menghilang terlewati
Karena ketika semua menghilang, aku tidak akan kembali



Puisi by Dita Oktamaya

Never Shout Never


Belakangan ini saya sedang suka mendengarkan lagu-lagu dari Never Shout Never, ada yang tahu?

Penyanyi yang sudah lama ada mungkin ya, tetapi saya baru tahu tentang dia. Lagu-lagunya membuat telinga dan perasaan saya nyaman karena ringan dan banyak menggunakan alat musik bersenar (yang pada dasarnya memang saya minati). Terdengar sederhana dan unik, ditambah beberapa lagu yang dimainkan dengan ukulele, saya suka :)

Oh ya, saya sudah memutuskan untuk belajar bermain ukulele, sekarang sedang menabung untuk membeli alat musik itu, doakan saya ya semoga kali ini saya tidak cepat bosan dan menyerah memainkan alat musik selain perkusi :)


By Dita Oktamaya

Friday, April 6, 2012

Teman Tangguh Saya


Teman saya ini perempuan tangguh!

Dia terkadang memang tidak terlalu mengerti tujuan hal yang dikerjakannya. Untuk apa dia melakukan pekerjaan ini-itu, seberapa besar manfaatnya, kesulitan apa yang dia temui hingga membuat dia terjatuh dan pada akhirnya terjebak dalam satu masalah yang menjadikan dia berpikir dua kali untuk mengeluhkan hari-harinya kepada saya, temannya.

Sepemahaman saya,

Hal yang dia tahu, dia berusaha keras untuk tidak meninggalkan Tuhannya. Hal yang dia tahu, dia selalu mencari cara, berusaha keras membuat bangga orang tuanya. Hal yang dia tahu, dia selalu mencari senggang, berusaha keras meluangkan waktu untuk teman yang sering dipanggilnya bakpau haji nawi (saya) di tengah kesibukannya. Hal yang dia tahu, dia berusaha keras menyelesaikan masalah akademiknya dengan baik. Hal yang dia tahu, dia tidak takut mencoba hal positif yang baru dan menjalaninya dengan ikhlas apa adanya, semampu yang dia bisa.

Sepemahaman saya dia itu seperti ini, setangguh ini dan seharusnya dia tahu saya sayang teman tangguh saya ini.

Sehat terus ya kamu,

Saya tidak tahu apakah mengeluhkan hari saya kepadamu membuatmu berpikir 2 kali untuk melakukan hal yang sama kepada saya, tetapi kamu harus ingat saya selalu ada untuk kamu peluk, untuk kamu porak-porandakan ketika kamu sedang kesal. Lakukan apa yang kamu lakukan karena saya ada untuk kamu. Jangan berpikir itu tidak adil untuk saya yang sedang memiliki berbagai masalah yang berat karena akan lebih tidak adil jika saya tidak ada untuk kamu ketika kamu sedang bersedih karena merasa memiliki masalah juga.

Saling mengeluh, mungkin menurutmu tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi setidaknya kamu punya pundak saya untuk kamu pukul sekeras apapun, kamu peluk selama dan seerat apapun, kamu tangisi sebasah apapun. Saya ada.

Jika kamu berpikir dua kali untuk mengeluh kepada saya, ingat bahwa saya berpikir beribu kali untuk melakukan hal yang sama kepada kamu. Lakukan apa yang biasa seorang teman dekat lakukan, itu yang kamu katakan kepada saya, maka saya pun melakukannya. Saya mendengarkan perkataanmu dengan sangat baik, maka dengarkan perkataan saya dengan baik juga : Selalu Sehat ya kamu dan berjalanlah di jalan yang kamu yakini itu benar, saya selalu berada tidak jauh dari kamu ketika kamu ingin berlari dari kepenatan aktivitas yang membuatmu jenuh dan muak. Saya ada di dekat kamu, sedekat yang saya bisa.

Ingat perkataan Robin kepada Lily?

Robin : "So every once in a while, i need to woo, But when i need to talk about something real, you're the one i turn to. You're my bestfriend."

Kamu tahu saya orang yang selalu kesana-kemari, bermain dengan banyak orang dengan keceriaan yang tidak pernah lepas. Ya, saya memang seperti itu dan kamu selalu tahu tentang itu, tapi saya akan selalu kembali kepada kamu, meskipun saya sibuk, meskipun kamu sibuk, meskipun kita sibuk, someone whom i talk about something real with is you. Saya tidak pernah percaya dan tidak pernah mengerti apa makna yang sebenarnya dari bestfriend, tapi kamu adalah orang pertama yang membuat saya ingin mengatakan you're my bestfriend dan saya yakin ini tidak akan berubah, ingat itu :)


By Dita Oktamaya